A. Konsep Dasar Pembelajaran
Bahasa Arab
1. Pengertian Pembelajaran
Bahasa Arab
Pembelajaran berasal dari kata “ajar” yang kemudian menjadi sbuah kata
kerja brupa “pembelajaran”. Pembelajaran adalah interaksi bolak-balik antara
dua pihak yang saling membutuhkan yaitu guru dan murid.[1] Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar.[2]
Menurut Degeng (1989), Reigeluth (1983), pembelajaran adalah suatu disiplin
ilmu menaruh perhatian pada perbaikan kualitas pembelajaran dengan menggunakan
teori pembelajaran deskriptif.[3] Dengan
kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar belajar
dengan baik. Dalam interaksi trsbut, terjadi komunikasi (transfer) yang intens
dan terarah menuju suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sedangkan Bahasa arab adalah terdiri
dari 2 kata bahasa (lughah) adalah kumpulan sistem bunyi, nahwu, sharaf dan
leksikal yang integral satu sama lain untuk menghasilkan ungkapan atau kalimat
yang mempunyai makna diantara sekelompok umat manusia.[4]
Jadi bahasa Arab adalah kata-kata yang disusun dan digunakan oleh orang-orang
Arab untuk mengungkapkan tujuan-tujuan mereka. Syaikh Musthafa al Ghulayaini
mengemukakan[5] :
اللغة العربية
: هي الكلمات التي يعبر بها العرب عن أغراضهم
(
Bahasa Arab adalah kata-kata yang dipergunakan orang Arab untuk mengungkapkan
segala tujuan atau maksud mereka). Dari kedua pengertian tersebut dapat
dikemukakan bahwa pembelajaran bahasa Arab adalah proses interaksi antara
peserta didik dan guru dalam proses belajar bahasa arab dengan tujuan
memudahkan peserta didik memahami bahasa Arab beserta ruang lingkupnya.
2. Metode Pembelajaran
Bahasa Arab
a. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode ( al thariqah ) adalah langkah-langkah umum tentang penerapan
teori-teori yang ada pada pendekatan tertentu.[6]
Menurut Azhar Arsyad, metode adalah rencana menyeluruh yang berkenaan dengan
penyajian materi bahasa secara teratur, tidak ada satu bagian yang bertentangan
dengan yang lain dan semuanya berdasarkan atas approach yang telah
dipilih.[7] Selain itu metode dapat didefinisikan sebagai seperangkat cara yang
digunakan oleh guru dalam menyampaikan ilmu atau transfer ilmu kepada
anakdidiknya yang berlangsung dalam proses belajar dan mengajar atau proses
pembelajaran.[8] Adapun metode
pembelajaran adalah suatu model dan cara yang dapat dilakukan untuk menggelar
aktivitas belajar-mengajar agar berjalan dengan baik.[9]
b. Macam-macam Metode
Pembelajaran Bahasa arab
Dikarenakan metode merupakan rencana terkait penyajian materi maka ada
berbagai metode dalam pembelajaran bahasa Arab, diantaranya:
Beberapa metode yang cukup besar
pengaruhnya dalam dunia pembelajaran bahasa Arab, diantaranya :
1.
Metode Gramatika-Terjemah
Adalah metode yang berasumsikan
bahwa semua bahasa di dunia dasarnya sama, dan tata bahasa adalah cabang dari
logika. Metode ini didasari oleh pendekatan teori tradisional. Teori ini
melihat bahasa secara preskriptif, artinya bahasa yang baik dan benar adalah
menurut para ahli bahasa, bukan yang digunakan oleh penutur asli di lapangan.
Sehingga metode kaidah dan terjemah melihat bahasa secara preskriptif, dengan
demikian kebenaran bahasa brpedoman pada petunjuk tertulis, yaitu aturan-aturan
gramatikal yang ditulis oleh ahli bahasa, bukan menurut ukuran guru.
2.
Metode Langsung
Metode ini berasumsi bahwa belajar
bahasa asing sama dengan belajar bahasa ibu, yakni penggunaan bahasa secara
langsung dan intensif dalam komunikasi.[10]
Selain itu, metode ini juga didasarkan atas asumsi yang brsumber dari
hasil-hasil kajian psikologi asosiatif. Berdasarkan kedua asumsi tersebut,
pengajaran bahasa khususnya pengajaran kata dan kalimat harus dihubungkan langsung
dengan benda, sampl atau gambarnya, atau melalui peragaan, permainan peran
dan lain sebagainya.[11]
Metode ini mempunyai tujuan agar para pelajar mampu berkomunikasi dengan bahasa
asing yang dipelajarinya seperti pemilik bahasa ini.metode ini dinamakan metode
langsung, sebab guru langsung menggunakan bahasa asing (bahasa Arab) yang
sedang diajarkan selama pelajaran, sedangkan bahasa murid tidak boleh
digunakannya. [12]
3.
Metode Audiolingual
Metode ini mendasarkan diri kepada
pendekatan struktual dalam pengajaran bahasa. Metode ini berasumsi bahwa bahasa
itu pertama-tama adalah ujaran dan bahasa itu kebiasaan. Sebagai implikasinya
metode ini menekankan penelaahan dan pendeskripsian suatu bahasa yang akan
dipelajari dengan memulainya dari sisitem bunyi (fonologi), kemudian system
pembentukan kata ( morfologi), dan system pembentukan kalimat (sintaksis). Maka
bahasa tujuan diajarkan dengan mencurahkan perhatian lafal kata, dan pada
latihan berkali-kali (drill) secara intensif. Bahakan drill inilah yang biasanya
dijadikan teknik utama dalam proses belajar mengajar.[13]
Teori structural bersifat deskriptif yang berpandangan bahwa bahasa yang baik
dan benar adalah yang digunakan oleh penutur asli dan bukan apa yang dikatakan
oleh ahli tata bahasa.[14]
4.
Metode Komunikatif
Metode komunikatif memiliki
landasan toritis yang kuat yaitu hakekat dan fungsi bahasa sebagai alat
komunikasi dan interaksi social. Metode ini juga didasarkan atas asumsi bahwa
setiap manusi memiliki kemampuan bawaan yang disebut dengan “pemerolehan bahasa”
(language acquisition device). Oleh karena itu kemampuan berbahasa bersifat
kreatif dan lebih ditentukan oleh factor internal. Dengan demikian, relevansi
dan efektivitas kegiatan pembiasaan dengan model latihan stimulus-response-inforcment
dipersoalkan. Dalam proses belajar mengajar, siswa bertindak sebagai
komunikator yang berperan aktif dalam aktivitas komunikatif yang sesungguhnya.[15]
3. Penggunaan Media dalam
Pembelajaran Bahasa Arab
Kata media
berasal dari kata Latin ”medius” yang artinya “tengah”.[16]
Secara umum, media adalah semua bentuk perantara untuk menyebar, membawa atau
menyampaikan sesuatu pesan (message) dan gagasan kepada penerima. Media adalah
segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat
merangsang pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian, dan kemauan
pelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri
pelajar. Pendek kata media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan
untuk mempermudah penyampaian materi pembelajaran.[17]
Proses
pembelajaran adalah kegiatan komunikasi yang melibatkan banayak unsur.
Penggunaan media dalam pengajaran bahasa brtitik tolak dari teori yang
mengatakan bahwa totalitas persntase banyaknya ilmu pengetahuan, ketrampilan,
dan sikap yang dimiliki oleh seseorang terbanyak dan tertinggi melalui indra
lihat dan pengalaman langsung melakukan sendiri, sedangkan selebihnya melalui
indra dengar dan indra lainnya. Lebih lanjut Mudjiono dkk (1980:2-3)
menambahkan bahwa media pembelajaran dapat membangkitkan motivasi belajar serta
memberikan stimulus bagi kemauan belajar. Dengan demikian, apapun materi
pembelajarannya, khusussnya bahasa Arab, penggunaan media itu penting sekali,
karena membuat proses pembelajaran akan semakin mudah bermakna bagi para pelajar.[18]
Secara garis besar, media
pembelajaran bahasa Arab dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
a.
Media Audio (Al-wasail
al-sam’iyyah)
Media audio adalah segala sesuatu
yang dapat dimanfaatkan untuk memudahkan pembelajaran bahasa yang dapat
ditangkap dan dierna melalui indra penglihatan. Misalnya, bahasa. Tape
recoerder, radio transistor, televise, laboratorium bahasa, dan sebagainya.
b.
Media visual (Al-wasail
al-bashariyyah)
Medi visual adalah segala sesuatu
yang dapat dimanfaatkan untuk memudahkan proses pembelajaran bahasa yang dapat
ditangkap dan dicerna oleh indra penglihatan. Misalnya benda asli, benda
tiruan, gambar, papan tulis dan sebagainya.
c.
Media audio-visual (Al-wasail
al-sam’iyyah al-bashariyyah)
Adalah segala sesuatu yang dapat
dimanfaatkan untuk memudahkan pembelajaran bahasa yang ditangkap dan dicerna
melalui indra pendegaran dan penglihatan. Misalnya telvisi, video CD, film,
laboratorium bahasa dan lain sebagainya.[19]
Ketiga jenis
media tersebut dapat
dipergunakan dalam proses pembelajaran bahasa Arab. Media tersebut menjadi
factor pendukung keberhailan pembelajaran bahasa Arab. Aplikasi dari tiap-tiap
media tersebut dengan menyesuaikan aspek kebahasaan bahasa Arab yakni empat
ketrampilan bahasa Arab sangat membantu pemahaman dalam pembelajaran bahasa
Arab.
4. Kurikulum Pembelajaran
Bahasa Arab
B. Konsep Pembelajaran
Bahasa Arab Berbasis Kurikulum 2013
1. Pengertian Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi
(KBK) yang prnah diujicobakan pada tahun 2004. KBK dijadikan sebagai acuan dan
pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan brbagai ranah
pendidikan (pengetahuan, ketrampilan dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur
pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah.
Pada
hakikatnya kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai
dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Hal
trsebut menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas, ketrampilan, sikap dan
apresiasi yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk melaksanakan tugas-tugas
pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu. Beberapa aspek atau ranah
yang terkandung dalam konsep kompetensi dapat diuraikan sbagai berikut :
a. Pengetahuan (knowledge) ;
yaitu kesadaran dalam bidang kognitif.
b. Pemahaman
(understanding); yaitu kedalaman kognitif peserta didik, dan afektif yang
dimiliki oleh individu.
c. Kemampuan (skill); adalah
sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang
dibebankan kepadanya.
d. Nilai (value); yaitu
suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu
dalam diri seseorang.
e. Sikap (attitude); yaitu
perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau reaksi terhadap suatu
rangsangan yang datang dari luar.
f. Minat (interest);
kecenderungan sseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan.
Berdasarkan analisis kompetensi di atas, Kurikulum 2013 berbasis kompetensi
dapat dimaknai sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan
kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi
tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa
penguasaan terhadap seprangkat kompetensi tertentu. Kurikulum ini diarahkan
untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai sikap, dan minat
peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan,
dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab.[20]
Lahirnya kurikulum 2013 ini untuk menjawab tantangan dan pergeseran
paradigma pembangunan dari abad ke-20 menuju abad ke-21. Adapun pergesesaran
paradigma pembangunan dari abad ke-20 menuju abad ke- 21 dapat dilihat dalam
tabel berikut ini :
No.
|
Abad ke-20
|
Abad ke-21
|
1.
|
Pembangunan konomi berbasis sumber daya
|
Pembangunan kesejahteraan berbasis peradaban
|
2.
|
Sumber daya alam sebagai modal pembangunan
|
Peradaban sebagai modal pembangunan
|
3.
|
Sumber Daya Manusia sebagai Beban Pembangunan
|
SDM Beradab sebagai modal pembangunan
|
4.
|
Penduduk sebagai pasar/ pengguna
|
Penduduk sebagai pelaku/produsen
|
5.
|
Kekayaan Alam
|
Kekayaan Pearadaban
|
Sumber:
Kemendikbud, 2013
Pemerintah berasumsi bahwa pengembangan kurikulum mutlak diperlukan untuk
menjawab tantangan masa depan yang dihadapi bangsa Indonesia.[21]
Sebagaimana yang dikatakan Mendikbud bahwa perubahan dan pengembangan kurikulum
merupakan persoalan yang sangat penting, karena kurikulum harus senantiasa
disesuaikan dengan tuntutan zaman.[22] Kurikulum
2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan
hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat ,
berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
2. Ruang Lingkup Kurikulum
2013
Dalam
kurikulum 2013, perlu adanya perubahan dan pengembangan kurikulum, yang dimulai
dengan penataan terhadap empat elemen standar nasional, yaitu standar
kompetensi kelulusan (SKL), standar isi, standar proses, dan standar penilaian.
Keempat standar itu akan dikembangkan kembali demi menunjang tujuan kurikulum
2013 itu sendiri.[23]
Dalam
prosesnya, kurikulum 2013 menerapkan pembelajaran tematik-integratif. Dalam
implementasi kurikulum 2013, murid sekolah dasar tidak lagi mempelajari
masing-masing mata pelajaran secara terpisah. Pembelajaran berbasis tematik
integratif yang diterapkan pada tingkatan pendidikan dasar ini menyuguhkan
proses belajar berdasarkan tema untuk kemudian dikombinasikan dengan mata
pelajaran lainnya.[24]
Selain itu,
kurikulum 2013 menerapkan pembelajaran saintifik yaitu proses pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep,
hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi
atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisa data, menarik
kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.
Pendekatan saintifik dimaksudkan
untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami
berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal
dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh
karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk
mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui
observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
Metode
saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar, yaitu teori Brunner, teori
Piaget, dan teori Vygotsky. Teori belajar Brunner disebut juga teori belajar
penemuan. Kemudian teori Piaget menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan
pembentukan dan perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur
mental atau struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi
dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya (Baldwin, 1967).
Dan teori
Vygotsky menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja
atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu
masih berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu berada dalam zone of
proximal development daerah terletak antara tingkat perkembangan anak saat ini
yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang
dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu (Nur dan Wikandari, 2000: 4).[25]
Pergeseran pola pikir/ pandangan dalam perumusan
kurikulum KBK 2004, KTSP 2006 dan kurikulum 2013 dapat dilihat dalam tabel berikut[26]:
No.
|
KBK 2004 dan
KTSP 2006
|
Kurikulum
2013
|
1.
|
Standar
kompetensi lulusan diturunkan dari standar isi
|
Standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan
|
2.
|
Standar isi
dirumuskan berdasarkan tujuan mata pelajaran (standar kompetensi lulusan mata
pelajaran) yang dirinci menjadi standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran
|
Standar isi diturunkan dari standar
kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran
|
3.
|
Pemisahan
anatara mata pelajaran pembentuk sikap, pembentuk ketrampilan, dan pembentuk
pengetahuan
|
Semua mata pelajaran harus
berkontribusiterhadap pembentukan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan
|
4.
|
Kompetensi
diturunkan dari mata pelajaran
|
Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi
yang ingin dicapai
|
5.
|
Mata
pelajaran lepas satu dengan yang lain, seperti kumpulan mata pelajaran
terpisah
|
Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi
inti (tiap kelas)
|
Dalam
kurikulum 2013 terdapat penguatan dalam proses baik dalam pembelajaran maupun
dalam penilaian. Berikut tabel yang menjelaskan hal tersebut.[27]
No.
|
Proses
|
Karakteristik
Penguatan
|
1.
|
Pembelajaran
|
Menggunakan
pendekatan saintifik melalui mengamati, menanya, menalar, mencoba, jejaring
(kolaboratif)
|
Menggunakan
ilmu pengetahuan sebagai penggerak pembelajaran untuk semua mata pelajaran
|
||
Menuntun
siswa untuk mencari tahu, bukan diberi tahu (discovery learning)
|
||
Menekankan
kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi, pembawa pengetahuan dan berpikir
logis, sistematis, dan kreatif
|
||
2.
|
Penilaian
|
Mengukur
tingkat berpikir siswa mulai dari rendah sampai tinggi
|
Menekankan
pada pertanyaan yang membutuhkan pemikiran mendalam (bukan sekadar hafalan)
|
||
Mengukur
proses kerja siswa, bukan hanya hasil kerja siswa
|
||
Menggunakan
portofolio pembelajaran siswa
|
Mengenai
penilaian, salah satu penekanan dalam kurikulum 2013 adalah penilaian autentik
(authentic assessment). Penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta
didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun
hasil dengan berbagai instrument penilaian yang disesuaikan adengan tuntutan
kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau kompetensi Inti (KI) dsn
Kompetensi Dasar (KD).
Dalam
kurikulum 2013 mempertegas adanya pergeseran dalam melakukan penilaian, yakni
dari penilaian melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil
saja), menuju penilaian autentik (mengukur kompetensi sikap, ketrampilan, dan
pengetahuan berdasarkan proses dan hasil).[28]
3. Implementasi Pembelajaran
Bahasa Arab Berbasis Kurikulum 2013
Implementasi Kurikulum 2013 mrupakan aktualisasi kurikulum dalam
pembelajaran dan pembentukkan kompetensi serta karakter peserta didik. Hal
tersebut menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan berbagai
kegiatan sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan. Sehubungan itu, implementasi kurikulum 2013 dalam
pembelajaran berbasis kompetensi, dan karakter yang dilakukan dengan pendekatan
tematik integratif harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut, diantaranya
mengintegrasikan pembelajaran dengan kehidupan masyarakat di sekitar lingkungan
sekolah.
Dalam pelaksanaan pembelajaran dalam implementasi Kurikulum 2013 berbasis
kompetensi dianjurkan juga menggunakan pendekatan andragogi, yang berbeda
dengan pedagogi, terutama dalam pandangannya terhadap peserta didik. Andragogi
menempatkan peran peserta didik lebih dominan dalam pembelajaran, yang
meletakkan perhatian dasar terhadap individu secara utuh. Namun intensitas
terapan kedua konsep tersebut, pedagogi dan andragogi, seiring dengan realita
peserta didik, artinya pedagogi lebih dominan diterapkan pada pendidikan yang
melibatkan anak-anak sebagai subjek didik, sedangkan andragogi lebih dominan
pada pendidikan orang dewasa. Hal ini sangat memungkinkan karena pedagogi dan
andragogimerupakan dua sisi kontinum dalam proses belajar manusia, bukan dua
hal yang dikotomis.[29]
Model pembelajaran yang diharapkan untuk era kekinian/abad 21 adalah
sebagai berikut:
a. Communication Skill
Pada model
ini, siswa dituntut untuk memahami, mengelola dan menciptakan komunikasi yang
efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia.
b. Critical Thingking and
Problem Solving Skill
Pada model ini
siswa berusaha untuk memberikan penalaran yang masuk akal dalam memahami dan
membuat pilihan yang rumit, memahami interkoneksi antarsistem. Siswa juga
menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk berusaha menyelesaikan
permasalahan yang dihadapinya dengan mandiri.
c. Creativity and innovation
Skill
Model dan
metode serta ketrampilan yang akan digunakan dalam pembelajaran masa kini
dituntut untuk lebih bersifat multimodel dan multimode dan real world
problem, sehingga model pembelajaran berbasis proyek lebih banyak dituntut.
Proses pembelajaran lebih berpusat pada siswa serta meninggalkan perlakuan yang
bersifat menyamakan semua siswa, tetapi lebih bersifat individual.[30]
Inovasi
pembelajaran lebih mengarah pada pembelajaran yang berpusat pada siswa (student
centered) yang prosesnya dirancang dan dikondisikan untuk peserta didik agar
belajar. Hubungan antara guru dengan peserta didik menjadi hubungan yang saling
belajar dan saling membangun. Implementasi kurikulum 2013 berbasis kompetensi
dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pendekatan
tersebut antara lain sebagai berikut :
a. Pembelajaran Kontekstual
( Contextual Teaching and Learning )
Pembelajaran
Kontekstual yang sering disingkat dengan CTL merupakan konsep pembelajaran yang
menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan
peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan
menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.[31]
b. Role Playing
Role playing
atau bermain peran sebgai suatu model pembelajaran yang berakar pada dimensi
pribadi dan sosial. Dari dimensi pribadi model ini berusaha membantu para
peserta didik menemukan makna dari lingkungan sosial yang bermanfaat bagi dirinya.[32]
c. Problem - Based Learning
Model Problem
Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran
siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya
sendiri, menumbuhkembangkan ketrampilan yang lebih tinggi dan inquiry,
memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Model ini
bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus
dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan ketrampilan berfikir kritis dan
pemecahan masalah serta mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting, dimana
tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai ketrampilan
mengarahkan diri.
d. Student Centered Learning
(SCL)
Adalah proses
pembelajaran yang tadinya berfokus pada guru (teacher centered) menjadi
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered), yang diharapkan dapat
mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap
dan perilaku.[33]
Kurikulum 2013 dapat diimplementasikan dengan model dan pendekatan di atas.
Hal tersebut berlaku bagi semua mata pelajaran, khususnya Bahasa Arab. Dalam
pembelajaran bahasa Arab, dapat diterapkan model dan pendekatan di atas sebagai
bentuk implementasi kurikulum 2013 berbasis kompetensi. Pembelajaran bahasa Arab,
erat kaitannya dengan al maharat al arba’ah dapat diterapkan dengan
beberapa model dan pendekatan yang bersinergi dengan pendekatan kurikulum 2013.
Seorang guru dituntut untuk lebih kreatif dan lebih mengaktifkan peserta
didik, sehingga diharapkan kurikulum 2013, khususnya kurikulum bahasa Arab 2013
dapat menghasilkan output yang berkompeten, kreatif dan inovatif serta
mempunyai karakter sesuai dengan karakter bangsa Indonesia.
[1]
Ulin Nuha,
Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab, (Jogjakarta:DIVA Press,
2012) hlm. 153-154
[2] Heri Rahyubi, Teori-teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik, (Bandung: Nusa Media,
2012) hlm. 6.
[4] Suja’I, Inovasi Pembelajaran Bahasa Arab,
(Semarang: Walisongo Press, 2008 ) hlm. 15
[5] Musthafa al Ghulayaini, Jami’ Al Durus Al
arabiyyah, ( Mesir: Al Syuruq Al Dauliyyah, 2008 ) hlm. 3
[6] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran
Bahasa Arab, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011) hlm. 168
[8]
Ulin Nuha,
Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab,,, hlm. 157
[11] Ahmad Fuad Effendy, Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab, ( Malang: Misykat, 2012 ) hlm. 47
[12] Wa Muna, Metodologi Pembelajaran Bahasa
Arab: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Teras, 2011) hlm. 85
[14]
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pembelajaran
Bahasa Arab,,, hlm. 60
[15]
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pembelajaran
Bahasa Arab,,, hlm. 67- 68.
[20] E. Mulyasa,
Pengembanagn dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013) hlm. 66-68
[21] Kunandar, Penilaian Autentik: Penilaian Hasil Belajar
Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2014) hlm. 16
[22]
E. Mulyasa,
Pengembanagn dan Implementasi Kurikulum 2013,,, hlm. 60
[25] M. Hosnan, Pendekatan
Saintifik dan Kontektual dalam Pembelajaran Abad 21, ( Bogor: Ghalia
Indonesia, 2014) hlm. 34-35.
[27]
Kunandar, Penilaian Autentik:
Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013,,,
hlm. 31
[28]
Kunandar, Penilaian Autentik:
Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013,,,
hlm. 35-36
Tidak ada komentar:
Posting Komentar