PENDEKATAN TES BAHASA
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah: Evaluasi Pembelajaran
Dosen pengampu: Naifah, S. Pd., M. S.I
Disusun oleh :
Muhammad Chafid 113211037
Nur Rinayanti 113211038
Robi’atul Adawiyah 113211038
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
WALISONGO
SEMARANG
2013
I. PENDAHULUAN
Evaluasi merupakan
bagian dari kegiatan kehidupan manusia sehari-hari. Disadari atau tidak, orang
sering melakukan evaluasi, baik terhadap dirinya sendiri, orang lain maupun
lingkungannya. Demikian pula halnya dalam dunia pendidikan, untuk mencapai
tujuan pendidikan khususnya tujuan pembelajaran tersebut maka perlu adanya
evaluasi.
Keberhasilan proses
belajar mengajar di kelas dapat dilihat dari sejauh mana penguasaan kompetensi
yang telah dikuasai oleh seluruh siswa di kelas itu. Pada dasarnya hasil belajar
siswa dapat dinyatakan dalam tiga aspek, yang biasa disebut dengan domain atau
ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dalam proses
pengajaran, tes merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya suatu standar kompetensi
yang telah dipelajari oleh siswa di
setiap pembelajaran. Hal tersebut senada dengan pendapat ahli yang
mengatakan bahwa tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk
mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan
yang sudah ditentukan.
Tes bahasa dan
pengajaran bahasa merupakan dua kegiatan yang berhubungan secara erat. Yang
pertama merupakan bagian dari yang kedua. Tes bahasa dirancang dan dilaksanakan
untuk memperoleh informasi mengenai hal ihwal yang berkaitan dengan keefektifan
pengajaran bahasa yang dilakukan.
II. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian tes bahasa?
2. Apa saja macam-macam pendekatan tes bahasa?
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Tes Bahasa
R.L.
Ebel dan D.A. Frisbie dalam bukunya Essentials of Educational Measurement
mengungkapkan, “ Test is a measure containing a set of questions, each of which
can be said have a correct answer”. Sedangkan G. Sax dalam bukunya Principles
of Educational and Psychological Measurement and Evaluation mengungkapkan, “
Any planned procedur or series of tasks
used toobtain observation”.
Dari
definisi di atas dapat disimpulkan tes adalah suatu pertanyaan atau tugas yang
terencana untuk memperoleh informasi tentang objek atau sasaran tes yang setiap
butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang
dianggap benar. Tes bahasa adalah suatu
alat atau prosedur yang digunakan dalam melakukan penilaian dan evaluasi pada
umumnya terhadap kemampuan bahasa dengan melakukan pengukuran terhadap
kemampuan bahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Sedangkan
Menurut Djiwandono (2008:12), tes bahasa adalah suatu alat atau prosedur yang
digunakan dalam melakukan penilaian dan evaluasi pada umumnya terhadap
kemampuan bahasa dengan melakukan pengukuran terhadap kemampuan bahasa, yaitu
menyimak, berbicara, membaca dan menulis.[1]
B. Macam-Macam Pendekatan Tes Bahasa
Tes
bahasa dalam kedudukannya memiliki kaitan yang amat erat dengan
komponen-komponen lain dalam penyelenggaraan pembelajaran bahasa, terutama
komponen pembelajaran yang
mendasarinya yaitu kegiatan
pembelajaran. Hal serupa berlaku
pula pada tujuan pembelajaran untuk menyelenggarankan pembelajaran dengan
seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran untuk mengetahui tingkat keberhasil an
dilakukan evaluasi atau tes bahasa dengan melihat keempat kemampuan bahasa.
Ketiga komponen itu berkaitan satu sama lain.
Secara
umum pendekatan terhadap bahasa yang akan menentukan dan mendasari dalam
menyelenggarakan pendekatan pembelajaran bahasa. Pendekatan pembelajaran bahasa
menentukan pendekatan dalam menyelenggarakan tes bahasa berdasarkan keempat
kemampuan bahasa. Penyelenggaraan tes bahasa tergantung pada sudut pandang dan
unsur yang dianggap penting oleh para ahli. [2]
Menurut
Djiwandono Perbedaan itu dikelompokkan dalam lima bentuk diantaranya :
1) Pendekatan Tradisional
Pendekatan tradisional
adalah istilah yang dipergunakan untuk mengacu pada perencanaan dan pelaksanaan.
Tes bahasa yang cenderung mengadopsi prinsip bahwa tes bahasa dititikberatkan pada tes tatabahasa dan
terjemahan. Latar belakangnya adalah
adanya pengaruh mainstream pengajaran bahasa yang dikenal dengan sebutan metode
tatabahasa-terjemahan (grammar translation method). Metode ini, seperti yang
dikemukakan oleh Richards dan Rogers (1988:3-4), memiliki prinsip-prinsip
pengajaran antara lain:
a.
Mempelajari
bahasa asing adalah mempelajari bahasa
dengan tujuan agar dapat membaca
kesusasteraannya;
b. Membaca dan menulis adalah
fokus utama pengajaran, ketepatan dalam penerjemahan
sangat ditekankan, dan
c. Tata bahasa harus
diajarkan secara deduktif, yakni beranjak dari kaidah-kaidah lalu menuju pada contoh-contoh
ilustrasinya.
Berdasarkan
prinsip-prinsip tersebut, maka pendekatan
tes bahasa yang berkembang pada saat itu
mengisyaratkan pemakaian karya sastra. Karya sastra dalam hal ini
dianggap merupakan pemakaian bahasa yang ideal dari penuturnya sehingga evaluasi terhadap penguasaan bahasa seseorang
dengan menggunakan tes bahasa dilakukan dengan menggunakan teks karya sastra.
Kemudian bentuk tes bahasa yang dikembangkan adalah penerjemahan dan atau penulisan esai. Dalam
perkembangannya, tes bahasa dengan prinsip-prinsip, model, dan karakter seperti
ini disebut pendekatan esai dan
terjemahan.[3]
Contoh: Seorang guru membacakan kitab muridnya, kemudian murid
mendengarkan dan memahami apa yang dibaca oleh guru. Dalam pendekatan
tradisional tidak ada komponen-komponen bahasa yang digunakan.
2) Pendekatan Diskret
Pendekatan diskret
dalam tes bahasa didasarkan atas paham linguistik struktural yang menganggap
bahasa sebagai sesuatu yang terdiri dari bagian-bagian yang tertata menurut
struktur tertentu. Dalam penggunaan tes pendekatan diskret, tes ditujukan untuk
mengukur hanya satu unsur dari komponen bahasa. Tes pendekatan diskret
diterapkan atas dasar pemahaman konvensional terhadap bahasa yang terdiri dari
empat kemampuan bahasa dan empat komponen bahasa.
Contoh: membedakan satu bunyi bahasa dari bunyi bahasa yang lain,
melafalkan bunyi bahasa tertentu dan menyebutkan lawan kata dari kata tertentu.
Membedakan bunyi, sin (س) dan syin (ش), untuk komponen bahasa “bunyi”.
Menyebutkan lawan kata, Miskin >< kaya, untuk komponen bahasa
“kosakata”.
3) Pendekatan Integratif,
Pendekatan integratif
yang diterapkan pada tes integratif juga berdasarkan pada paham linguistik
struktural dengan rincian bahasa ke dalam kemampuan dan komponen bahasa dan
unsur-unsurnya yang dapat dipisah. Meskipun demikian pendekatan tes integratif
tidak selalu tampil secara terpisah-pisah dapat juga dalam gabungan (integrasi)
antara satu unsur dengan satu atau lebih unsur bahasa lainnya. Dengan kata
lain, tes integratif mengukur tingkat penguasaan terhadap gabungan dari dua
atau lebih unsur bahasa.
Contoh: Pengusaha itu
miskin à pengusaha itu kaya
Pengamen
itu kaya pengamen
itu miskin
(salah)
(benar)
4) Pendekatan Pragmatik
Pendekatan pragmatik
pada tes pragmatik berkaitan dengan kemampuan untuk memahami suatu teks atau
wacana. Pemahaman tidak terbatas pada bentuk dan struktur kalimat, frasa dan
kata dan unsur yang digunakan dalam teks atau wacana. Pemahaman lebih jauh diperoleh melalui konteks ekstra
linguistik, yaitu aspek pemahaman bahasa di luar apa yang diungkapkan melalui
bahasa dan meliputi segala sesuatu dalam bentuk kejadian, pikiran, perasaan,
persepsi, ingatan dan lain-lain. Pendekatan pragmatik biasanya ditandai dengan
adanya tugas memahami wacana, melalui unsur-unsur kebahasaan yang digunakan
secara wajar, termasuk adanya berbagai kendala didalamnya.
Contoh: membuat kalimat bahasa arab sesuai dengan qaidah nahwu dan
sharaf.
5) Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif
dikaitkan dengan tes bahasa tentang konteks ekstra linguistik seperti
pendekatan pragmatik, namun cakupan yang lebih lengkap dan lebih luas, karena
bertitik tolak dari komunikasi sebagai fungsi utama dalam penggunaan bahasa.
Peranan dan pengaruh unsur-unsur non-kebahasaan yang lebih ditekankan
pendekatan ini. Kemampuan komunikasi berkaitan dengan penguasaan terhadap tiga
komponen utama, yaitu:
a. Kemampuan bahasa (language competence) meliputi struktur,
kosakata, makna.
b.
Kemampuan
strategis (strategic competence) yaitu kemampuan untuk menerapkan dan
memanfaatkan komponen-komponen kemampuan bahasa dalam berkomunikasi lewat
bahasa.
c.
Mekanisme
psiko-fisiologis, yaitu proses psikis dan neurologis yang digunakan dalam
berkomunikasi lewat bahasa. Secara singkat kemampuan komunikatif sebagai
kemampuan yang digunakan untuk menggunakan bahasa sesuai dengan situasi nyata,
baik secara reseptif maupun secara produktif (ability to use language
appropriately, both receptively and productively, in real situations).[4]
Contoh:
setelah mengetahui tata bahasa tertentu, siswa dapat mempraktekkannya dalam
situasi keadaan nyata. Misal: berbicara bahasa arab sesuai dengan qaidah nahwu
dan sharaf dalam kehidupan sehari-harinya.
IV. PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Tes bahasa adalah suatu
alat atau prosedur yang digunakan dalam melakukan penilaian dan evaluasi pada
umumnya terhadap kemampuan bahasa dengan melakukan pengukuran terhadap
kemampuan bahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Macam-macam
tes bahasa ada lima, antara lain:
1.
Pendekatan
tradisional
Tes
bahasa yang cenderung mengadopsi prinsip bahwa tes bahasa dititikberatkan pada tes tatabahasa dan
terjemahan.
2.
Pendekatan
diskret
Tes
pendekatan diskret, tes ditujukan untuk mengukur hanya satu unsur dari komponen
bahasa.
3.
Pendekatan
integrative
Tes
integratif mengukur tingkat penguasaan terhadap gabungan dari dua atau lebih
unsur bahasa.
4.
Pendekatan
pragmatik
Pendekatan
paragmatik biasanya ditandai dengan adanya tugas memahami wacana, melalui
unsur-unsur kebahasaan yang digunakan secara wajar, termasuk adanya berbagai
kendala didalamnya.
5.
Pendekatan
komunikatif
Kemampuan
komunikasi berkaitan dengan penguasaan terhadap tiga komponen utama, yaitu
kemampuan bahasa, kemampuan strategis dan mekanisme psiko-fisiologi.
B.
PENUTUP
Demikianlah
makalah yang kami susun, kurang lebihnya kami minta ma’af, kami merasa bahwa di
dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, maka kami pemakalah
berharap kritik dan saran yang membangun dan bermanfa’at, agar mewujudkan
makalah yang lebih baik dan sempurna.
DAFTAR
PUSTAKA
M.
Soenardji Djiwandono, Tes Bahasa Dalam Pengajaran, Bandung: Penerbit
ITB, 1996.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar