Rumpun-Rumpun Bahasa Semit
Semit adalah sebuah bahasa yang dinisbatkan kepada
syam putra nuh yang diriwayatkan bahwa nabi Nuh mempunyai tiga anak yakni Ham
(Hamiyah), Yafit (Aramiyah) Dan Syam (Semit). Semit juga di nisbatkan kepada
bangsa-bangsa Aramia, Punesia, Ibrani, Babilonia, Arab, Yaman dan bahasa-bahasa
yang menjadi keturunan mereka. Kalau melihat dari letak geografisnya, pertama
kita mengenal adanya semit utara: terletak pada wilayah timur laut terdapat
bahasa Akadia kira-kira th 3000 SM, sedangkan pada wilayah barat daya laut
terdapat bahasa Kanaan (bahasa Ibrani, Punesia, Moobite, Ugaritic, Amorite dan
Aramia). Kedua bahasa semit selatan; terletak pada wilayah tenggara terdapat
bahasa Yaman Kuno dan Etopia dan wilayah barat daya terdapat bahasa arab.
Sedangkan kalau kita melihat ciri-ciri bahasa semit
secara singkat dapat diketahui sebagai berikut:
a. penjelasan beberapa akar kata berikut;
– beberapa akar kata terdiri dari dua akar suku kata
(dua bunyi).
– beberapa akar kata terdiri dari satu bunyi dan bunyi
lain yang lemah (Qaala, radda).
– Beberapa akar kata terdiri dari duia bunyi, bunyi
kedua dibaca ulang (tamma. Radda).
b. hampir tidak ditemukan didalam bahasa semit
kata-kata yang berasal dari akar kata yang berbeda.
c. bunyi yang mati (sukun) mempunyai arti penting yang
melebihi pungsi bunyi lemah.
d. hanya dikenal dua waktu untuk kata kerja
(verb/piil) yakni lampau (sudah berlalau) dan masih berjalan (mudhari dan
mustaqbal).
e. menambah kata ta' untuk mengubah kata benda dan
kata sifat mejadi feminim.
f. terdapat kosakata yang sama antara bahasa bahasa
semit.
# Rumput-Rumpun Bangsa Bahasa Semit
Semua pengkaji filologi dan linguistik Arab percaya
bahawa bahasa Arab berasal dari rumpun bahasa Semit (dalam bahasa Ibri
dinamakan SEM). Malah terdapat beberapa pandangan ahli linguistik Arab yang
mengatakan kemungkinan bahasa pertama yang dituturkan oleh orang-orang Samiyyah
ini juga adalah bahasa Arab Kuno (al- 'arabiyyah al-qadimah) (Ali Abd.
Al-WahidWafi, T.thn: 15). Bahasa Arab juga merupakan satu-satunya bahasa Semit
dengan jumlah penutur yang paling banyak melebihi 150 juta (Bernard Comrie
1998:24).
rumpun bahasa Semit disebut sebagai bahasa Mroasia.
Bahasa Mroasia dituturkan oleh kira-kira 175 juta orang yang berbeda dari segi
etnik dan ras. Pada hari ini, ia meliputi sebahagian besar Timur Tengah di
seluruh Mrika Utara, sebahagian besar Mrika Timur Laut dan suatu kawasan yang
agak besar yang boleh secara kasar ditakrifkan sebagai barat laut Mrika Tengah.
Cabang-cabang utama bagi bahasa Mroasia adalah seperti bahasa Mesir, bahasa
Semit, bahasa Kush, bahasa Omo, Berber dan bahasa Chad (Bernard Comrie 1998:3)
(Rajah 1). 136 PertanikaJ. Soc. Sci. & Hum. Vol. 12 No.2 2004
Sejarah dan Asal-usul Bahasa Arab: Satu Kajian
Linguistik Sejarah utara dan Semit barat bahagian selatan. Bagi bahasa Semit
Barat bahagian utara dituturkan oleh penutur bahasa Kaananit (utara dan
selatan) dan bahasa Aramaik. Manakala bahasa Semit Barat bahagian selatan
dituturkan oleh penutur bahasa Etiopia dan bahasa Arab. Bahasa Arab pula
terbahagi kepada 2 iaitu bahasa Arab utara dan bahasa Arab selatan (bahasa
Yaman Kuno) (Ahmad Muhd. Qaddur 1999:65). Bagi bahasa Arab utara inilah yang
masih dituturkan sehingga ke hari ini. Ahli bahasa Arab berpendapat
bahawa unsur unsur yang terdapat dalam bahasa Arab itu banyak menyerupai rumpun
bahasa Semit seperti bahasa Aramaik, Kanaanit dan lainnya, namun sebenarnya ia
amar sukar untuk dianalisis dan ditentukan secara tepat. Kesukaran ini
disebabkan penempatan yang terawal bagi orangorang Samiyyah masih menjadi
perbincangan hangat di kalangan ahli sejarah dan tidak dapat dipastikan dengan
tepat hingga ke hari ini. Penulis mendapati kebanyakan pengkaji bahasa Arab
percaya bahawa orang-orang Samiyyah pemah menetap di semenanjung Arab. penulis
menghuraikan antara pandangan ahli-ahli sejarah Arab mengenai penempatan awal
orang orang Samiyyah dan mereka telah membagikan penempatan tersebut kepada
kawasan berikut:
1. Yaman Kuno
Bahasa Yaman Kuno muncul kira-kira abad 9-6 SM.
Melihat dari segi historisnya Yaman merupakan tempat kerajaan besar yang
terdiri dari bangsa Minaen, Sabaen, Himyar, Qathaban, Hadraumaut, dan Awsan
(penguasa perdagangan). Bahasa Yaman Kuno berbeda dari bahasa Arab ketika kita
melihatnya dari segi; dialeknya, kaidahnya, pemaknaan kata dan gaya bahasanya.
Dialek bahasa ini antara lain sebagai berikut:
- Dialek Ma'in
- Dialek Saba'iyah
- Dialek Qathaniyah
- Dialek Hadramiyyah.
Ketika menulis mereka menggunakan tulisan khot musnad
yakni sebuah tulisan saduran atau anak tulisan Kana'an.
2. Etiopia
Bahasa Etiopia merupakan bahasa bangsa Semit yang
berpindah dari wilayah tenggara menuju negeri seberang yakni wilayah Etiopia.
Di sanalah mereka membaur dengan suku Haam kuno. Tidak ada data sejarah yang
dapat memastikan kapan bangsa Semit ini berpindah ke Etiopia, namun para ahli
memperkirakan, imigrasi mereka terjadi dalam waktu lama sebelum masehi.yang
ketika itu bahasa mereka disebut bahasa Ja’zia dan naskah tentang bahasa ini
yang telah berhasil ditemukan pada tahun 350 M.
Bahasa Ja’zia tidak berumur panjang karena pada abad
ke 12 M terjadi kemelut politik di kalangan bangsa Ja’zi yang mengakibatkan
bahasa persatuan mereka menjadi bahasa-bahasa daerah. Dan bahasa daerah yang
paling menonjol adalah bahasa Amharia yaitu bahasa daerah yang sangat kental
diwarnai oleh bahasa Hamia. Hal ini terlihat dalam struktur kalimat yang
berbeda dengan bahasa Semit.
3. Aramia
Bahasa Aramia pada masa kejayaannya membentang dari
wilayah timur yang terletak didaerah Mesopotamia sampai kewilayah barat di
semenanjung Sinai. Melihat dari bukti yang telah berhasil ditemukan adalah
ukiran kuno bukit Halaf di pinggir sungai Khabur pada tahun 900-850 SM. Ukiran
Raja Banammu I 800-750 SM, ukiran Raja Banammu II tahun 750-700 SM. Kemudian
perkembangan berikutnya menyusul di mana raja Daryuis I dari Persia tahun
521-485 SM menggunakan bahasa Aramia untuk menulis Antologi tentang Persia.
Oleh karena itu pada masa ini bahasa Aramia disebut “Aramia Negara” sebagaimana
ditemukan pada ukiran Bihastun yang ditemukan di Iran pada paruh pertama abad
19. Termasuk yang ditulis dengan bahasa Aramia Negara adalah beberapa bagian
dalam Perjajian Lama yakni pasal Danial, pasal Azra, dan pasal Irmia.
Orang-orang Samiri juga berbicara dengan bahasa Aramia. Mereka adalah
sekelompok orang Yahudi yang hanya percaya pada Taurat (Perjanjian Lama) saja.
Yang juga ditulis dengan bahasa Aramiaadalah ukiran Nabatia, ukiran Tadammuria,
dan ukiran-ukiran di gurun Sinai yang dibuat pada abad IV SM sampai abad ke I
SM.
Yang termasuk rumpun bahasa Aramia adalah bahasa
Minda'ia yang merupakan dialek kelompok kristen yang masih hidup hingga kini di
Irak Tenggara. Bahasa ini merupakan bahasa Aramiamurni yang kosa kata dan
strukturnya sama sekali berbeda dengan bahasa Ibrani atau bahasa-bahasa Semit
yang lain.
Bahasa Aramia yang terpenting adalah bahasa Suryania.
Bangsa Aramia menamakan diri mereka sebagai bangsa Suryan. Setelah terjadinya
imigrasi bangsa Arab ke kawasan sekitarnya dalam rangka penyebaran Islam,
bahasa Aramia pun mengalami kemunduran bahkan akhirnya menjadi punah di kawasan
yang tadinya menggunaklan bahasa Aramia, kecuali di beberapa wilayah pegunungan
terpencil seperti desa al-Makhlulah dekat Damaskus dan desa Tuur Abidin di Irak
dan kawasa lain yang masih menggunakan bahasa Aramia modern yang telah
bercampur aduk dengan ungkapan-ungkapan Arab, Turki, Kurdi dan lainnya. Kalau
melihat dari dialeknya.
Terdapat beberapa dialek dari bahasa ini sebagai
berikut;
- Dialek Mendeen
- Dialek Harraniyah (Irak Utara)
- Dialek Suryaniyah .
Peninggalannya yang lain berupa aurat, wirid (mantra)
ditulis dengan pahatan dan tablet yakni tanah liat yang dibakar dan diberi
tulisan. Nuuqus /pahatan yang terkenal ialah maalik hamaah abad ke 8 SM. Dan
nama kota yang terkenal adalah Petra yakni sekarang sudah menjadi reruntuhan
kota kuno di sebelah barat yordania yang terkenal dengan bangunan dan
kuburannya yang di pahat dari tebing-tebing cadas.
4 Akadia
Wilayah bahasa Akadia terletak di antara sungai Tigris
dan sungai Euprat. Bahasa Akadia merupakan nama yang diberikan oleh bangsa
Babilonia yang menetap di kawasan selatan sungai Tigris dan Eufrat untuk
menyebut bahasa Babilonia dan bahasa Asyuria. Sedangkan para ilmuan modern
menyebut bahasa Akkadia sebagai dialek-dialek Babilonia dan Asyuria. Kata
“Akkad” merupakan nama sebuah kota yang dibangun raja Babilonia di bagian utara
negeri tersebut pada tahun 2350 SM sebagai ibu kota negara, dan ini merupakan
negara Semit pertama yang terdapat di kawasan sungai Tigris dan Euprat
(Mesopotamia).
Sebelumnya, pada abad ke 36 SM bangsa semit melakukan
migrasi kewilayah Irak Selatan (Mesopotamia) secara bertahap dan
berulang-ulang. Sebelum mereka datang ke wilayah Mesotopotamia, wilayah ini
telah dihuni oleh bangsa Sumeria yang telah memiliki peradaban yang sangat
maju, baik dari segi bahasa maupun sastranya. Mereka sudah memiliki tulisan
sendiri yakni tulisan paku (cunaiform). Seiring dengan beriringnya waktu,
lambat laun bangsa pendatang semit mampu menguasai wilayah tersebut dan
mendirikan negara dengan mengambil tempat di Mesopotamia yang bernama Akad
(bahasa Sumeria) atau Kindah menurut semit, ibu kota kerejaan akhirnya menetap
di wilayah Babilonia.
Pada sekitar abad 25 SM terjadi lagi migrasi oleh
bangsa semit ke wilayah Mesopotamia utara dan menaklukan penduduknya disana.
Dan kemudian bangsa semit ini mendirikan sebuah kerajaan yang beribukota di
Assur.
Pada masa itu terjadi pergolakan pemakaian bahasa
antara bahasa penduduk lokal dan bahasa semit sebagai bahasa penjajah tetapi
akhirnya dimenangkan oleh bahasa semit, namun pengaruh asli bahasa lokal masih
kelihatan dan para pakar linguistic menamai bahasa ini dengan bahasa Akadia
atau bahasa Babilonia-Assuria (Babilonia – Assyurian).
Bahasa Akadia juga digunakan oleh bangsa-bangsa yang tinggal
di mesopotamia, bahkan raja Mesir sekitar abad 15 SM melakukam surat menyurat
dengan raja-raja di wilayah ini dengan menggunakan bahasa Akadia demikian juga
bangsa-bangsa yang terdapat di asia kecil spt India. Melihat dari segi letak
geografisnya bangsa Babilonia tinggal di wilayah Mesopotamia selatan sedangkan
bangsa Syiria tinggal diwilayah utara Mesopotamia.
Terdapat pengaruh bahasa Sumeria terhadap bahasa
Akadia sebagai berikut:
- banyak terdapat istilah-istilah kosakata yang baru
masuk
- terjadi perubahan bunyi karena terpengaruh bahasa
asing. Ya' dan wawu yang terletak di awal kata menjadi hilang.
- pengaruh itu yang membedakan bahasa akadia dari
bahasa-bahasa semit yang lain. Mereka mempunya tiga bentuk waktu dalam kata
kerja(fiil/verba) madhy tam , mudari dan mustakbal juga ada kata kerja yang
masih berlangsung. Iksudu (selesai perang), ikasadu (akan berperang), dan
kasadu (berperang terus/sedang berperang).
Periodesasi bahasa Akadia;
1. yakni masa sebelum adab ke 20 SM, di bawah
kekuasaan bangsa Babilonia.
2. dari akhir abad ke 20 SM sampai akhir 17 atau awal
abad 16SM. Masa ini ditandai oleh kemuduran Babilonia dan naiknya kekuasaan
Assyiria. Kekuasaan ini berlangsung sampai thn th 606 SM.
3. Dari akhir abd ke 7 sampai abad ke 6 SM. Masa ini
di tandai oleh kebangkitannya bangsa Babilonia thn 626 SM.
4. dari abad ke 6 sampai awal abad 4 SM. Yaitu sampai
berkuasanya bahasa Aramia.
Sedangkan tulisan bangsa Akadia mereka mereka
mengambil dari bangsa Sumeria, sedangkan sebagai peradaban tinggi yang terkenal
dari bangsa ini adalah adanya The Hanging Garden. Disamping itu terdapat
ukiran-ukiran yang menggambarkan sebagian dari sejarah yang ketika itu telah
mengalami kemajuan dalam peradaban. Memang kita mengetahui sejarah tentang
Babilonia dan Asyuria melalui Perjanjian Lama namun kita tidak memiliki naskah
tentang bahasa kedua kerajaan besar ini. Orang yang pertama kali melakuan
penggalian arkeologis terhadap kawasan antara sungai Tigris dan sungai Euprat
ini adalah Botta, konsul Perancis di Mosul pada tahun 1842 M yang telah
melalukan penggalian di desa Kharasbat dekat Mosul. Dalam penggalian itu dia
menemukan bagian dari istana Sarjun II salah seorang raja Asyuria pada abad ke
8 SM. Penemuan itu terjadi pada bulan Maret 1843 M.
5. Kanaan
Bangsa Kanaan tinggal diwilayah barat daya jazirah
arab, sekitar wilayah Palestina dan Suriah. Sedangkan pada masa keemasannya
bangsa ini mampu menaklukan dan menguasai wilayah yang mencapai pantai selatan
eropa dan afrika utara. Pada masa itu terjadi peperangan yang berlangsung
selama hamper 120 tahun antara bangsa Kanaan dan bangsa Romawi (264-146 SM)
yaitu diwilayah Kartago (Carthange).
Kanaan (Kan’aniyah) terbagi menjadi Kan’aniyah Utara
dan Kan’aniyah Selatan. Yang utara diwakili oleh bahasa Ugaritik, yaitu sebuah
dialek Kan’aniyah kuno, dipakai di kota Ugarit yang terletak lebih dari 12 km
sebelah utara Latakia pantai Siria. Bahasa Ugaratik ini ditemukan pada tahun
1929 M secara kebetulan ditemukan oleh seorang petani tengah mencangkul
tanahnya dengan tenang di wilayah Minah Bidhah, pantai utara Syiria.
Ketika dilakukan penggalian, banyak sekali artefak2
ditemukan disana seprti kuburan-kuburan, piring-piring, pisau belati, vas-vas
yang terbuat dari tanah liat dll. Terlihatlah dengan jelas kota Minah al-Bidhah,
di dekatnya ditemukan banyak kuburan lain. Di bawah bukit itu tampak kota kuno
Ugarit, yang dulu dalam sejarahnya pada ribuan tahun ke belakang, merupakan
pusat dari sebuah negara besar dengan peradaban yang besar pula. Di sana
ditemukan ratusan prasasti yang dengan mudah dapat dibaca oleh para ilmuwan
karena mirip dengan prasasti-prasasti berbahasa Akadia, yaitu dengan tulisan
paku. Namun bedanya yang ditemukan ini ditulis dengan sistem abjad sehingga
mudah membacanya, sementara yang berbahasa Akadia dengan sistem suku kata.
Sementara itu, bahasa Kan’aniyah Selatan mencakup
bahasa Ibrani. Dan teks terpenting yang tertulis dengan bahasa ini adalah Kitab
Perjanjian Lama yang meliputi kitab Taurat-nya Musa, Mazmurnya Sulayman, Daud,
dll.
Dari bangsa kanaan inilah lahir dua bahasa yakni
bahasa punesia dan bahasa ibrani.
6. Punesia
Bangsa Punesia tinggal disebuah daerah yang terletak
antara pegunungan Libanon dan Laut Tengah. Mereka termasuk keturunan bangsa
semit yang berasal dari daerah selatan Kaukasia. Bangsa Punesia muncul sekitar
abad 6-7 SM. Yang terkenal sebagai bangsa pelaut dan pedagang. Disepanjang
pantai phunesia terdapat kota-kota pelabuhan yang didirikan seperti Tripolis,
Sidon dan Tyre. Mereka juga mendirikan koloni daganng di pantai laut tengah,
sedangkan kota Karthago di afrika utara, adalah merupakan pangkalan armada
dagang yang terbesar.
Bangsa Punesia memberikan konstribusi besar bagi
perkembangan ilmu pengetahuan yakni abjad / alpabet, adalah tulisan/simbol yang
disetiap hurupnya mewakili bunyi.
Abjad ini terdapat tiga macam bentuk yakni;
1. pictograph simbol gambar yang paling kuno
2. ideograph, simbol yang melambangkan ide
(hierogliph)
3. alphabet, tuliusan modern yang setiap hurufnya
mewakili bunyi.
Bahasa ini diketahui lewat prasati diwilayah mereka
seperti Sur, Saida, Jubaik, Byblos dan wilayah laut tengah seperti Cypruss dll.
Prasasti tertua mereka berasal dari abad ke 9 dan 10 SM, akan tetapi sebagian
prasasti yang di temuklan berasal dari abad ke 5 SM dan masa sesudahnya.
Dialek yang ada adalah dialek Punique, yaitu dialek
bahasa yang ada di wilayah Carthagena, dilaut tengah. dalam perkembangannya
bahasa ini hilang karena dikalahkan oleh bahasa Aramia sebelum abad pertama
sebelum masehi.
7. Ibrani
Bahasa ini merupakan bahasa yang paling terkenal dan
yang paling tersebar luas di muka bumi ini. Bahkan bahasa ini telah
menghasilkan berbagai ilmu, baik agama, seni, sejarah, filsafat dll. Dan bahasa
ini pula dianggap sebagai bahasa yang paling kaya dalam hal ilmu-ilmu tersebut.
Bahasa ini juga memiliki posisi yang paling penting karena menjadi bahasa agama
yang diturunkan oleh nabi nabi allah, yang diklaim bahwa bahasa ini milik bani
israel, bukan seluruh bahasa ibrani.
Bahasa ini berasal dari lembah sinai kemudian
menguasai Kanaan dan menguasai Palestina sekitar abad ke 13 SM.
Sumber bahasa Ibrani yang paling awal bagi kita adalah
Kasidah Daburah (قصيدة دبورة) yang kembali pada masa milenium kedua SM, yang juga merupakan
masa jayanya sastra, yang beritanya sampai kepada kita melalui para nabi. Dari
masa ini kita memiliki sumber prasastri berupa lempengan komemoratif yang
ditemukan di pintu masuk Terusan Salwan dekat Bait al-Maqdis. Prasasti itu
berisi enam baris yang bercerita tentang kisah akhir penggalian terusan itu
pada abad VII SM. Tetapi yang jelas sumber pokok bahasa ini merajuk pada tiga
sumber rujukan :
- buku-buku agama, perjanjian lama seperti taurat ,
talmud dll.
- Prasati-prasati
- bahasa yang digunakan oleh pendeta yahudi.
Penjara Babilonia dan penghancuran Baitul Maqdis oleh
Nebukadnezar pada tahun 586 SM merupakan pengalaman keras bagi bahasa Ibrani.
Mereka yang diasingkan di Babilonia memang tidak kehilangan bahasa mereka,
bahkan mereka semakin teguh memegang ajaran agama mereka, lebih dari
sebelumnya. Oleh karena itu pada masa pengasingan di Babilonia ini banyak karya
sastra indah yang ditulis. Ketika bangsa Ibrani kembali dari pengasingan mereka
di Babilonia pada tahun 538 SM, mereka menemukan bahasa Ibrani tetap berkembang
di Palestina, dan tetap menjadi bahasa Palestina untuk kurun waktu yang tidak
sebentar. Namun abad IV dan abad-abad berikutnya, banyak membawa faktor
degradasi bahasa Ibrani. Hal ini diperparah oleh kebiasaan lelaki Yahudi
menikah dengan wanita-wanita non-Yahudi, yang tidak mengerti bahasa Ibrani.
Sedangkan priodesasinya yang pertama dari abad ke 13
SM-5 SM dan yang kedua dari abad ke 5 SM sampai akhir abad ke 4 SM. Masa ini di
tandai oleh kitab-kitab perjanjian lama spt kitab yunus, zakaria dll. Dan
tulisannya diambil dari tulisan Punesia.
8. Arab
Secara etimologis Arab artinya padang pasir, tanah
gundul dan gersang yang tiada air dan tanamannya. Sebutan dengan istilah ini
sudah diberikan sejak dahulu kala kepada jazirah Arab, sebagaimana sebutan yang
diberikan kepada suatu kaum yang disesuaikan dengan daerah tertentu atau nama
dari leluhur terdahulu, lalu mereka menjadikan namanya sebagai tempat tinggal.
Melihat dari letak geografisnya, Bahasa Arab terbagi
menjadi dua wilayah yaitu bahasa Arab Selatan dan bahasa Arab Utara. Bahasa
Arab Selatan disebut juga bahasa Himyaria yang dipakai di Yaman dan Jazirah
Arab Tenggara. Bahasa Himyaria ini terbagi dua yaitu bahasa Sabuia dan bahasa
Ma’inia. Tentang bahasa ini telah ditemukan artefak-artefak yang merujuk pada
abad ke 12 SM sampai abad ke 6 M.
Sedangkan bahasa Arab Utara merupakan bahasa wilayah
tengah Jazirah Arab dan Timur Laut. Bahasa ini dikenal dengan bahasa Arab Fusha
yang hingga kini dan masa-masa yang akan datang tetap dipakai karena Al-Qur`an
turun dan menggunakan bahasa ini. Bahasa ini mengalami penyebaran yang demikian
luas bukan hanya di kalangan bangsa Arab saja tetapi juga di kalangan kaum
muslimin di seluruh dunia.
Dilihat dari prespektif silsilah keturunannya, para
sejarawan membagi kaum-kaum Arab menjadi tiga bagian, yaitu:
- Arab Ba'idah, Kaum-kaum Arab terdahulu yang sudah
punah dan tidak mungkin sejarahnya bisa dilacak secara rinci dan komplit,
seperti ʿĀd, Tsamud, Thasm, Judais, 'Imlaq dan lain-lainnya.
- Arab 'Aribah, Kaum-kaum Arab yang berasal dari
keturunan Ya'rib bin Yasyjub bin Qahthan, atau disebut pula Qahthaniyah.
- Arab Musta'ribah yaitu kaum-kaum Arab yang berasal
dari keturunan Isma'il, yang disebut pula 'Adnaniyah.
Tempat kelahiran Arab 'Aribah atau kaum Qahthan adalah
negeri Yaman, lalu berkembang menjadi beberapa kabilah dan suku, yang terkenal
adalah dua kabilah: Kabilah Himyar, yang terdiri dari beberapa suku terkenal,
yaitu Zaid Al-Jumhur, Qudh'ah dan Saksik.
Bani Kahlan, yang terdiri dari beberapa suku terkenal
yaitu Hamadan, Anmar, Thayyi', Madzhaj, Kindah, Lakham, Judzam, Azd, Aus,
Khazraj, anak keturunan Jafnah raja Syam dan lain-lainnya. Suku-suku Kahlan
banyak yang hijrah meninggalkan Yaman, lalu menyebar ke berbagai penjuru
Jazirah menjelang terjadinya banjir besar saat mereka mengalami kegagalan dalam
perdagangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar