Pages

Pages

Jumat, 02 Oktober 2015

Rumpun-Rumpun Bahasa Semit

Rumpun-Rumpun Bahasa Semit
Semit adalah sebuah bahasa yang dinisbatkan kepada syam putra nuh yang diriwayatkan bahwa nabi Nuh mempunyai tiga anak yakni Ham (Hamiyah), Yafit (Aramiyah) Dan Syam (Semit). Semit juga di nisbatkan kepada bangsa-bangsa Aramia, Punesia, Ibrani, Babilonia, Arab, Yaman dan bahasa-bahasa yang menjadi keturunan mereka. Kalau melihat dari letak geografisnya, pertama kita mengenal adanya semit utara: terletak pada wilayah timur laut terdapat bahasa Akadia kira-kira th 3000 SM, sedangkan pada wilayah barat daya laut terdapat bahasa Kanaan (bahasa Ibrani, Punesia, Moobite, Ugaritic, Amorite dan Aramia). Kedua bahasa semit selatan; terletak pada wilayah tenggara terdapat bahasa Yaman Kuno dan Etopia dan wilayah barat daya terdapat bahasa arab.

Sedangkan kalau kita melihat ciri-ciri bahasa semit secara singkat dapat diketahui sebagai berikut:
a. penjelasan beberapa akar kata berikut;
– beberapa akar kata terdiri dari dua akar suku kata (dua bunyi).
– beberapa akar kata terdiri dari satu bunyi dan bunyi lain yang lemah (Qaala, radda).
– Beberapa akar kata terdiri dari duia bunyi, bunyi kedua dibaca ulang (tamma. Radda).
b. hampir tidak ditemukan didalam bahasa semit kata-kata yang berasal dari akar kata yang berbeda.
c. bunyi yang mati (sukun) mempunyai arti penting yang melebihi pungsi bunyi lemah.
d. hanya dikenal dua waktu untuk kata kerja (verb/piil) yakni lampau (sudah berlalau) dan masih berjalan (mudhari dan mustaqbal).
e. menambah kata ta' untuk mengubah kata benda dan kata sifat mejadi feminim.
f. terdapat kosakata yang sama antara bahasa bahasa semit.

# Rumput-Rumpun Bangsa Bahasa Semit

Semua pengkaji filologi dan linguistik Arab percaya bahawa bahasa Arab berasal dari  rumpun bahasa Semit (dalam bahasa Ibri dinamakan SEM). Malah terdapat beberapa pandangan ahli linguistik Arab yang mengatakan kemungkinan bahasa pertama yang dituturkan oleh orang-orang Samiyyah ini juga adalah bahasa Arab Kuno (al- 'arabiyyah al-qadimah) (Ali Abd. Al-WahidWafi, T.thn: 15). Bahasa Arab juga merupakan satu-satunya bahasa Semit dengan jumlah penutur yang paling banyak melebihi 150 juta (Bernard Comrie 1998:24).

rumpun bahasa Semit disebut sebagai bahasa Mroasia. Bahasa Mroasia dituturkan oleh kira-kira 175 juta orang yang berbeda dari segi etnik dan ras. Pada hari ini, ia meliputi sebahagian besar Timur Tengah di seluruh Mrika Utara, sebahagian besar Mrika Timur Laut dan suatu kawasan yang agak besar yang boleh secara kasar ditakrifkan sebagai barat laut Mrika Tengah. Cabang-cabang utama bagi bahasa Mroasia adalah seperti bahasa Mesir, bahasa Semit, bahasa Kush, bahasa Omo, Berber dan bahasa Chad (Bernard Comrie 1998:3) (Rajah 1). 136 PertanikaJ. Soc. Sci. & Hum. Vol. 12 No.2 2004

Sejarah dan Asal-usul Bahasa Arab: Satu Kajian Linguistik Sejarah utara dan Semit barat bahagian selatan. Bagi bahasa Semit Barat bahagian utara dituturkan oleh penutur bahasa Kaananit (utara dan selatan) dan bahasa Aramaik. Manakala bahasa Semit Barat bahagian selatan dituturkan oleh penutur bahasa Etiopia dan bahasa Arab. Bahasa Arab pula terbahagi kepada 2 iaitu bahasa Arab utara dan bahasa Arab selatan (bahasa Yaman Kuno) (Ahmad Muhd. Qaddur 1999:65). Bagi bahasa Arab utara inilah yang masih dituturkan sehingga ke hari ini.  Ahli bahasa Arab berpendapat bahawa unsur unsur yang terdapat dalam bahasa Arab itu banyak menyerupai rumpun bahasa Semit seperti bahasa Aramaik, Kanaanit dan lainnya, namun sebenarnya ia amar sukar untuk dianalisis dan ditentukan secara tepat. Kesukaran ini disebabkan penempatan yang terawal bagi orangorang Samiyyah masih menjadi perbincangan hangat di kalangan ahli sejarah dan tidak dapat dipastikan dengan tepat hingga ke hari ini. Penulis mendapati kebanyakan pengkaji bahasa Arab percaya bahawa orang-orang Samiyyah pemah menetap di semenanjung Arab.  penulis menghuraikan antara pandangan ahli-ahli sejarah Arab mengenai penempatan awal orang orang Samiyyah dan mereka telah membagikan penempatan tersebut kepada kawasan berikut:

1. Yaman Kuno

Bahasa Yaman Kuno muncul kira-kira abad 9-6 SM. Melihat dari segi historisnya Yaman merupakan tempat kerajaan besar yang terdiri dari bangsa Minaen, Sabaen, Himyar, Qathaban, Hadraumaut, dan Awsan (penguasa perdagangan). Bahasa Yaman Kuno berbeda dari bahasa Arab ketika kita melihatnya dari segi; dialeknya, kaidahnya, pemaknaan kata dan gaya bahasanya.

Dialek bahasa ini antara lain sebagai berikut:

- Dialek Ma'in
- Dialek Saba'iyah
- Dialek Qathaniyah
- Dialek Hadramiyyah.

Ketika menulis mereka menggunakan tulisan khot musnad yakni sebuah tulisan saduran atau anak tulisan Kana'an.

2. Etiopia

Bahasa Etiopia merupakan bahasa bangsa Semit yang berpindah dari wilayah tenggara menuju negeri seberang yakni wilayah Etiopia. Di sanalah mereka membaur dengan suku Haam kuno. Tidak ada data sejarah yang dapat memastikan kapan bangsa Semit ini berpindah ke Etiopia, namun para ahli memperkirakan, imigrasi mereka terjadi dalam waktu lama sebelum masehi.yang ketika itu bahasa mereka disebut bahasa Ja’zia dan naskah tentang bahasa ini yang telah berhasil ditemukan pada tahun 350 M.

Bahasa Ja’zia tidak berumur panjang karena pada abad ke 12 M terjadi kemelut politik di kalangan bangsa Ja’zi yang mengakibatkan bahasa persatuan mereka menjadi bahasa-bahasa daerah. Dan bahasa daerah yang paling menonjol adalah bahasa Amharia yaitu bahasa daerah yang sangat kental diwarnai oleh bahasa Hamia. Hal ini terlihat dalam struktur kalimat yang berbeda dengan bahasa Semit.

3. Aramia

Bahasa Aramia pada masa kejayaannya membentang dari wilayah timur yang terletak didaerah Mesopotamia sampai kewilayah barat di semenanjung Sinai. Melihat dari bukti yang telah berhasil ditemukan adalah ukiran kuno bukit Halaf di pinggir sungai Khabur pada tahun 900-850 SM. Ukiran Raja Banammu I 800-750 SM, ukiran Raja Banammu II tahun 750-700 SM. Kemudian perkembangan berikutnya menyusul di mana raja Daryuis I dari Persia tahun 521-485 SM menggunakan bahasa Aramia untuk menulis Antologi tentang Persia. Oleh karena itu pada masa ini bahasa Aramia disebut “Aramia Negara” sebagaimana ditemukan pada ukiran Bihastun yang ditemukan di Iran pada paruh pertama abad 19. Termasuk yang ditulis dengan bahasa Aramia Negara adalah beberapa bagian dalam Perjajian Lama yakni pasal Danial, pasal Azra, dan pasal Irmia. Orang-orang Samiri juga berbicara dengan bahasa Aramia. Mereka adalah sekelompok orang Yahudi yang hanya percaya pada Taurat (Perjanjian Lama) saja. Yang juga ditulis dengan bahasa Aramiaadalah ukiran Nabatia, ukiran Tadammuria, dan ukiran-ukiran di gurun Sinai yang dibuat pada abad IV SM sampai abad ke I SM.

Yang termasuk rumpun bahasa Aramia adalah bahasa Minda'ia yang merupakan dialek kelompok kristen yang masih hidup hingga kini di Irak Tenggara. Bahasa ini merupakan bahasa Aramiamurni yang kosa kata dan strukturnya sama sekali berbeda dengan bahasa Ibrani atau bahasa-bahasa Semit yang lain.

Bahasa Aramia yang terpenting adalah bahasa Suryania. Bangsa Aramia menamakan diri mereka sebagai bangsa Suryan. Setelah terjadinya imigrasi bangsa Arab ke kawasan sekitarnya dalam rangka penyebaran Islam, bahasa Aramia pun mengalami kemunduran bahkan akhirnya menjadi punah di kawasan yang tadinya menggunaklan bahasa Aramia, kecuali di beberapa wilayah pegunungan terpencil seperti desa al-Makhlulah dekat Damaskus dan desa Tuur Abidin di Irak dan kawasa lain yang masih menggunakan bahasa Aramia modern yang telah bercampur aduk dengan ungkapan-ungkapan Arab, Turki, Kurdi dan lainnya. Kalau melihat dari dialeknya.

Terdapat beberapa dialek dari bahasa ini sebagai berikut;
- Dialek Mendeen
- Dialek Harraniyah (Irak Utara)
- Dialek Suryaniyah .

Peninggalannya yang lain berupa aurat, wirid (mantra) ditulis dengan pahatan dan tablet yakni tanah liat yang dibakar dan diberi tulisan. Nuuqus /pahatan yang terkenal ialah maalik hamaah abad ke 8 SM. Dan nama kota yang terkenal adalah Petra yakni sekarang sudah menjadi reruntuhan kota kuno di sebelah barat yordania yang terkenal dengan bangunan dan kuburannya yang di pahat dari tebing-tebing cadas.

4 Akadia

Wilayah bahasa Akadia terletak di antara sungai Tigris dan sungai Euprat. Bahasa Akadia merupakan nama yang diberikan oleh bangsa Babilonia yang menetap di kawasan selatan sungai Tigris dan Eufrat untuk menyebut bahasa Babilonia dan bahasa Asyuria. Sedangkan para ilmuan modern menyebut bahasa Akkadia sebagai dialek-dialek Babilonia dan Asyuria. Kata “Akkad” merupakan nama sebuah kota yang dibangun raja Babilonia di bagian utara negeri tersebut pada tahun 2350 SM sebagai ibu kota negara, dan ini merupakan negara Semit pertama yang terdapat di kawasan sungai Tigris dan Euprat (Mesopotamia).

Sebelumnya, pada abad ke 36 SM bangsa semit melakukan migrasi kewilayah Irak Selatan (Mesopotamia) secara bertahap dan berulang-ulang. Sebelum mereka datang ke wilayah Mesotopotamia, wilayah ini telah dihuni oleh bangsa Sumeria yang telah memiliki peradaban yang sangat maju, baik dari segi bahasa maupun sastranya. Mereka sudah memiliki tulisan sendiri yakni tulisan paku (cunaiform). Seiring dengan beriringnya waktu, lambat laun bangsa pendatang semit mampu menguasai wilayah tersebut dan mendirikan negara dengan mengambil tempat di Mesopotamia yang bernama Akad (bahasa Sumeria) atau Kindah menurut semit, ibu kota kerejaan akhirnya menetap di wilayah Babilonia.

Pada sekitar abad 25 SM terjadi lagi migrasi oleh bangsa semit ke wilayah Mesopotamia utara dan menaklukan penduduknya disana. Dan kemudian bangsa semit ini mendirikan sebuah kerajaan yang beribukota di Assur.

Pada masa itu terjadi pergolakan pemakaian bahasa antara bahasa penduduk lokal dan bahasa semit sebagai bahasa penjajah tetapi akhirnya dimenangkan oleh bahasa semit, namun pengaruh asli bahasa lokal masih kelihatan dan para pakar linguistic menamai bahasa ini dengan bahasa Akadia atau bahasa Babilonia-Assuria (Babilonia – Assyurian).

Bahasa Akadia juga digunakan oleh bangsa-bangsa yang tinggal di mesopotamia, bahkan raja Mesir sekitar abad 15 SM melakukam surat menyurat dengan raja-raja di wilayah ini dengan menggunakan bahasa Akadia demikian juga bangsa-bangsa yang terdapat di asia kecil spt India. Melihat dari segi letak geografisnya bangsa Babilonia tinggal di wilayah Mesopotamia selatan sedangkan bangsa Syiria tinggal diwilayah utara Mesopotamia.

Terdapat pengaruh bahasa Sumeria terhadap bahasa Akadia sebagai berikut:

- banyak terdapat istilah-istilah kosakata yang baru masuk
- terjadi perubahan bunyi karena terpengaruh bahasa asing. Ya' dan wawu yang terletak di awal kata menjadi hilang.
- pengaruh itu yang membedakan bahasa akadia dari bahasa-bahasa semit yang lain. Mereka mempunya tiga bentuk waktu dalam kata kerja(fiil/verba) madhy tam , mudari dan mustakbal juga ada kata kerja yang masih berlangsung. Iksudu (selesai perang), ikasadu (akan berperang), dan kasadu (berperang terus/sedang berperang).

Periodesasi bahasa Akadia;
1. yakni masa sebelum adab ke 20 SM, di bawah kekuasaan bangsa Babilonia.
2. dari akhir abad ke 20 SM sampai akhir 17 atau awal abad 16SM. Masa ini ditandai oleh kemuduran Babilonia dan naiknya kekuasaan Assyiria. Kekuasaan ini berlangsung sampai thn th 606 SM.
3. Dari akhir abd ke 7 sampai abad ke 6 SM. Masa ini di tandai oleh kebangkitannya bangsa Babilonia thn 626 SM.
4. dari abad ke 6 sampai awal abad 4 SM. Yaitu sampai berkuasanya bahasa Aramia.

Sedangkan tulisan bangsa Akadia mereka mereka mengambil dari bangsa Sumeria, sedangkan sebagai peradaban tinggi yang terkenal dari bangsa ini adalah adanya The Hanging Garden. Disamping itu terdapat ukiran-ukiran yang menggambarkan sebagian dari sejarah yang ketika itu telah mengalami kemajuan dalam peradaban. Memang kita mengetahui sejarah tentang Babilonia dan Asyuria melalui Perjanjian Lama namun kita tidak memiliki naskah tentang bahasa kedua kerajaan besar ini. Orang yang pertama kali melakuan penggalian arkeologis terhadap kawasan antara sungai Tigris dan sungai Euprat ini adalah Botta, konsul Perancis di Mosul pada tahun 1842 M yang telah melalukan penggalian di desa Kharasbat dekat Mosul. Dalam penggalian itu dia menemukan bagian dari istana Sarjun II salah seorang raja Asyuria pada abad ke 8 SM. Penemuan itu terjadi pada bulan Maret 1843 M.

5. Kanaan

Bangsa Kanaan tinggal diwilayah barat daya jazirah arab, sekitar wilayah Palestina dan Suriah. Sedangkan pada masa keemasannya bangsa ini mampu menaklukan dan menguasai wilayah yang mencapai pantai selatan eropa dan afrika utara. Pada masa itu terjadi peperangan yang berlangsung selama hamper 120 tahun antara bangsa Kanaan dan bangsa Romawi (264-146 SM) yaitu diwilayah Kartago (Carthange).

Kanaan (Kan’aniyah) terbagi menjadi Kan’aniyah Utara dan Kan’aniyah Selatan. Yang utara diwakili oleh bahasa Ugaritik, yaitu sebuah dialek Kan’aniyah kuno, dipakai di kota Ugarit yang terletak lebih dari 12 km sebelah utara Latakia pantai Siria. Bahasa Ugaratik ini ditemukan pada tahun 1929 M secara kebetulan ditemukan oleh seorang petani tengah mencangkul tanahnya dengan tenang di wilayah Minah Bidhah, pantai utara Syiria.

Ketika dilakukan penggalian, banyak sekali artefak2 ditemukan disana seprti kuburan-kuburan, piring-piring, pisau belati, vas-vas yang terbuat dari tanah liat dll. Terlihatlah dengan jelas kota Minah al-Bidhah, di dekatnya ditemukan banyak kuburan lain. Di bawah bukit itu tampak kota kuno Ugarit, yang dulu dalam sejarahnya pada ribuan tahun ke belakang, merupakan pusat dari sebuah negara besar dengan peradaban yang besar pula. Di sana ditemukan ratusan prasasti yang dengan mudah dapat dibaca oleh para ilmuwan karena mirip dengan prasasti-prasasti berbahasa Akadia, yaitu dengan tulisan paku. Namun bedanya yang ditemukan ini ditulis dengan sistem abjad sehingga mudah membacanya, sementara yang berbahasa Akadia dengan sistem suku kata.

Sementara itu, bahasa Kan’aniyah Selatan mencakup bahasa Ibrani. Dan teks terpenting yang tertulis dengan bahasa ini adalah Kitab Perjanjian Lama yang meliputi kitab Taurat-nya Musa, Mazmurnya Sulayman, Daud, dll.

Dari bangsa kanaan inilah lahir dua bahasa yakni bahasa punesia dan bahasa ibrani.

6. Punesia

Bangsa Punesia tinggal disebuah daerah yang terletak antara pegunungan Libanon dan Laut Tengah. Mereka termasuk keturunan bangsa semit yang berasal dari daerah selatan Kaukasia. Bangsa Punesia muncul sekitar abad 6-7 SM. Yang terkenal sebagai bangsa pelaut dan pedagang. Disepanjang pantai phunesia terdapat kota-kota pelabuhan yang didirikan seperti Tripolis, Sidon dan Tyre. Mereka juga mendirikan koloni daganng di pantai laut tengah, sedangkan kota Karthago di afrika utara, adalah merupakan pangkalan armada dagang yang terbesar.

Bangsa Punesia memberikan konstribusi besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan yakni abjad / alpabet, adalah tulisan/simbol yang disetiap hurupnya mewakili bunyi.

Abjad ini terdapat tiga macam bentuk yakni;

1. pictograph simbol gambar yang paling kuno
2. ideograph, simbol yang melambangkan ide (hierogliph)
3. alphabet, tuliusan modern yang setiap hurufnya mewakili bunyi.

Bahasa ini diketahui lewat prasati diwilayah mereka seperti Sur, Saida, Jubaik, Byblos dan wilayah laut tengah seperti Cypruss dll. Prasasti tertua mereka berasal dari abad ke 9 dan 10 SM, akan tetapi sebagian prasasti yang di temuklan berasal dari abad ke 5 SM dan masa sesudahnya.

Dialek yang ada adalah dialek Punique, yaitu dialek bahasa yang ada di wilayah Carthagena, dilaut tengah. dalam perkembangannya bahasa ini hilang karena dikalahkan oleh bahasa Aramia sebelum abad pertama sebelum masehi.

7. Ibrani

Bahasa ini merupakan bahasa yang paling terkenal dan yang paling tersebar luas di muka bumi ini. Bahkan bahasa ini telah menghasilkan berbagai ilmu, baik agama, seni, sejarah, filsafat dll. Dan bahasa ini pula dianggap sebagai bahasa yang paling kaya dalam hal ilmu-ilmu tersebut. Bahasa ini juga memiliki posisi yang paling penting karena menjadi bahasa agama yang diturunkan oleh nabi nabi allah, yang diklaim bahwa bahasa ini milik bani israel, bukan seluruh bahasa ibrani.

Bahasa ini berasal dari lembah sinai kemudian menguasai Kanaan dan menguasai Palestina sekitar abad ke 13 SM.

Sumber bahasa Ibrani yang paling awal bagi kita adalah Kasidah Daburah (قصيدة دبورة) yang kembali pada masa milenium kedua SM, yang juga merupakan masa jayanya sastra, yang beritanya sampai kepada kita melalui para nabi. Dari masa ini kita memiliki sumber prasastri berupa lempengan komemoratif yang ditemukan di pintu masuk Terusan Salwan dekat Bait al-Maqdis. Prasasti itu berisi enam baris yang bercerita tentang kisah akhir penggalian terusan itu pada abad VII SM. Tetapi yang jelas sumber pokok bahasa ini merajuk pada tiga sumber rujukan :
- buku-buku agama, perjanjian lama seperti taurat , talmud dll.
- Prasati-prasati
- bahasa yang digunakan oleh pendeta yahudi.

Penjara Babilonia dan penghancuran Baitul Maqdis oleh Nebukadnezar pada tahun 586 SM merupakan pengalaman keras bagi bahasa Ibrani. Mereka yang diasingkan di Babilonia memang tidak kehilangan bahasa mereka, bahkan mereka semakin teguh memegang ajaran agama mereka, lebih dari sebelumnya. Oleh karena itu pada masa pengasingan di Babilonia ini banyak karya sastra indah yang ditulis. Ketika bangsa Ibrani kembali dari pengasingan mereka di Babilonia pada tahun 538 SM, mereka menemukan bahasa Ibrani tetap berkembang di Palestina, dan tetap menjadi bahasa Palestina untuk kurun waktu yang tidak sebentar. Namun abad IV dan abad-abad berikutnya, banyak membawa faktor degradasi bahasa Ibrani. Hal ini diperparah oleh kebiasaan lelaki Yahudi menikah dengan wanita-wanita non-Yahudi, yang tidak mengerti bahasa Ibrani.

Sedangkan priodesasinya yang pertama dari abad ke 13 SM-5 SM dan yang kedua dari abad ke 5 SM sampai akhir abad ke 4 SM. Masa ini di tandai oleh kitab-kitab perjanjian lama spt kitab yunus, zakaria dll. Dan tulisannya diambil dari tulisan Punesia.

8. Arab

Secara etimologis Arab artinya padang pasir, tanah gundul dan gersang yang tiada air dan tanamannya. Sebutan dengan istilah ini sudah diberikan sejak dahulu kala kepada jazirah Arab, sebagaimana sebutan yang diberikan kepada suatu kaum yang disesuaikan dengan daerah tertentu atau nama dari leluhur terdahulu, lalu mereka menjadikan namanya sebagai tempat tinggal.

Melihat dari letak geografisnya, Bahasa Arab terbagi menjadi dua wilayah yaitu bahasa Arab Selatan dan bahasa Arab Utara. Bahasa Arab Selatan disebut juga bahasa Himyaria yang dipakai di Yaman dan Jazirah Arab Tenggara. Bahasa Himyaria ini terbagi dua yaitu bahasa Sabuia dan bahasa Ma’inia. Tentang bahasa ini telah ditemukan artefak-artefak yang merujuk pada abad ke 12 SM sampai abad ke 6 M.

Sedangkan bahasa Arab Utara merupakan bahasa wilayah tengah Jazirah Arab dan Timur Laut. Bahasa ini dikenal dengan bahasa Arab Fusha yang hingga kini dan masa-masa yang akan datang tetap dipakai karena Al-Qur`an turun dan menggunakan bahasa ini. Bahasa ini mengalami penyebaran yang demikian luas bukan hanya di kalangan bangsa Arab saja tetapi juga di kalangan kaum muslimin di seluruh dunia.
Dilihat dari prespektif silsilah keturunannya, para sejarawan membagi kaum-kaum Arab menjadi tiga bagian, yaitu:
- Arab Ba'idah, Kaum-kaum Arab terdahulu yang sudah punah dan tidak mungkin sejarahnya bisa dilacak secara rinci dan komplit, seperti ʿĀd, Tsamud, Thasm, Judais, 'Imlaq dan lain-lainnya.
- Arab 'Aribah, Kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Ya'rib bin Yasyjub bin Qahthan, atau disebut pula Qahthaniyah.
- Arab Musta'ribah yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Isma'il, yang disebut pula 'Adnaniyah.

Tempat kelahiran Arab 'Aribah atau kaum Qahthan adalah negeri Yaman, lalu berkembang menjadi beberapa kabilah dan suku, yang terkenal adalah dua kabilah: Kabilah Himyar, yang terdiri dari beberapa suku terkenal, yaitu Zaid Al-Jumhur, Qudh'ah dan Saksik.

Bani Kahlan, yang terdiri dari beberapa suku terkenal yaitu Hamadan, Anmar, Thayyi', Madzhaj, Kindah, Lakham, Judzam, Azd, Aus, Khazraj, anak keturunan Jafnah raja Syam dan lain-lainnya. Suku-suku Kahlan banyak yang hijrah meninggalkan Yaman, lalu menyebar ke berbagai penjuru Jazirah menjelang terjadinya banjir besar saat mereka mengalami kegagalan dalam perdagangan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar