Pages

Pages

Minggu, 22 November 2015

TEKNIK EVALUASI NON TES

TEKNIK EVALUASI NON TES



Makalah
Disusun guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Evaluasi Pembelajaran
Dosen Pengampu: Naifah, M. SI.





Disusun oleh:
Ahmad Yasir             113211016
Anisatul Mufiroh      113211019
Desyanti Endah A.    113211020





FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
I.              PENDAHULUAN
Dalam kehidupan ini kita mengenal adanya istilah evaluasi, tidak semua orang menyadari bahwa setiap saat kita perlu melakukan evaluasi. Evaluasi sangatlah penting dilakukan supaya kita lebih dapat mengoreksi diri kita, lebih-lebih kita sebagai calon pendidik tentunya evaluasi sangat penting dilakukan.
Dalam perencanaan dan desain sistem instruksional atau pembelajaran, rancangan evaluasi merupakan hal yang sangat penting  untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan melalui evaluasi yang tepat, kita dapat menentukan efektifitas program dan keberhasilan siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran, sehingga informasi dari kegiatan evaluasi dapat berjalan dengan baik.
Pada pembelajaran evaluasi terdapat pembahasan tentang penilaian yang menggunakan teknik evaluasi tes dan non tes, pertemuan minggu lalu telah di sampaikan dan dibahas tentang teknik evaluasi tes, dalam makalah kami kali ini akan menjelaskan tentang teknik evaluasi non tes.  

II.           RUMUSAN MASALAH
A.    Apa yang dimaksud dengan teknik evaluasi non tes?
B.     Apa saja macam-macam penilaian non tes dan instrumennya?

III.        PEMBAHASAN
A.    Teknik evaluasi non tes
Secara garis besar, alat evaluasi yang digunakan dapat digolongkan  menjadi 2 macam, yaitu:tes dan bukan tes (non tes). Selanjutnya tes dan non tes ini juga disebut sebagai teknik evaluasi.
Teknik evaluasi non tes adalah suatu teknik evaluasi selain tes yang digunakan untuk mengukur perubahan sikap dan pertumbuhan anak dalam psikologi.[1]Teknik ini dapat dilakukan dengan cara skala bertingkat, kuesioner, daftar cocok, wawancara, pengamatan atau riwayat hidup.
1.      Skala bertingkat (rating scale)
Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil pertimbangan. Contoh: skor atau nilai yang diberikan oleh guru di sekolah untuk menggambarkan tingkat belajar siswa.

2.      Kuesioner (angket)
Pada dasarnya, kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan kuesioner ini orang dapat diketahui tentang keadaan atau data diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya dan lain-lain.
3.      Daftar cocok (chek list)
Yang dimaksud dengan daftar cocok adalah deretan pernyataan (yang biasanya singkat-singkat), dimana responden yng dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok (v) di tempat yang sudah disediakan.
4.      Wawancara (interview)
Wawancara ( interview) adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak.
5.      Pengamatan (observation)
Pengamatan adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.
6.      Riwayat hidup
Riwayat hidup adalah gambaran tentang gambaran seseorang selama dalam masa kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subyek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan dan sikap dari obyek yang dinilai.[2]

B.Macam-macam penilaian evaluasi non tes dan instrumennya
1.      Penilaian kinerja dan instrumennya
Penilaian kinerja (unjuk kerja ) merupakan proses penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan suatu hal. Teknik ini sangat cocok untuk menilai ketercapaian ketuntasan belajar (kompetisi) yang menuntut peserta didik untuk melakukan tugas atau gerak (psikomotor). Misalnya: praktek shalat, presentasi, memainkan alat musik, membaca Al-Qur’an dan lain-lain.
Dalam melakukan proses penilaian kinerja harus memperhatikan hal-hal berikut:
a.       Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk menunjukan kinerja dari suatu kompetisi.
b.      Kelengkapan dan ketetapan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut.
c.       Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
d.      Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan diamati.

     Penilaian kinerja dapat dilakukan dengan menggunakan teknik pengamatan atau observasi terhadap berbagai konteks untuk menentukan tingkat ketercapaian kemampuan tertentu dari suatu kompetisi dasar. Pengamatan atau observasi terhadap kerja peserta didik dapat menggunakan instrumen berupa:
a.       Skala penilaian (rating scale), penilaian ini memungkinkan seorang guru nilai tengah terhadap penguasaan atau ketercapaian ketuntasan belajar dari suatu kompetisi. Rating scale terentang dari sangat kompeten sampai sangat tidak kompeten. Misal: rentang 1 =sangat tidak kompeten, 2= tidak kompeten, 3= cukup kompeten, 4= kompeten, 5= sangat kompeten.
b.      Daftar cek (chek list), penilaian unjuk kerja dapat juga menggunakan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Lembar observasi pada umumnya berbentuk chek list (v) karena hanya berupa daftar pertanyaan yang jawabannya tinggal menggunakan chek list pada jawaban yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.[3] 
2.      Penilaian proyek dan instrumennya
Penilaian proyek adalah kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang mencakup beberapa kompetisi yang harus diselesaikan oleh peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Tugas tersebut dapat berupa investigasi terhadap suatu proses yang dimulai dari perancanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan data dan penyajian data.
Dalam melakukan penilaian proyek harus memperhatikan hal-hal berikut:
a.       Kemampuan pengolahan, kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi, mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
b.      Relevansi, kesesuaian mata pelajaran dengan mempertimbangkan tahapan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam belajar.
c.       Keaslian, proyek yang dilakukan peserta didik adalah hasil karyannya, bukan merupakan plagiasi dari karya orang lain.

Penilaian proyek dilakukan dari mulai perencanaan, proses pengerjaan sampai ahir proyek. Untuk itu seorang guru atau asesor perlu memperhatikan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai. Pelaksanaan penilaian dapat juga menggunakan rating scale atau chek list.[4]
3.      Penilaian produk dan instrumennya
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kwalitas suatu produk. Penilaian jenis ini meliputi penilaian kemampuan peserta didik terhadap proses pembuatan suatu produk, misalnya produk teknologi, makanan, karya seni dan lain sebagainya. Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam penilaian produk, diantaranya:
a.         Tahap persiapan, tahap ini meliputi penilaian kemampuan peserta didik dalam merencanakan, menggali dan mengembangkan gagasan serta mendesain produk.
b.        Tahap proses atau pembuatan produk, meliputi kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, metode, teknik.
c.         Tahap penilaian produk, tahap ini meliputi penilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.
Dalam teknik penilaian produk dapat digunakan dua cara yaitu penilaian holistik dan penilaian analitik.
a.       Penilaian dengan cara holistik yaitu penilaian yang berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap appraisal.
b.      Penilaian dengan cara analitik yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.[5]



4.      Penilaian portofolio dan instrumennya
a.       Pengertian portofolio
Penilaian portofolio adalah suatu pendekatan atau model penilaian yang bertujuan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam membangun dan merefleksi suatu pekerjaan, tugas atau karya melalui pengumpulan (collection) bahan-bahan yang relevan dengan tujuan dan keinginan yang dibangun oleh peserta didik, sehingga hasil pekerjaan tersebut dapat dinilai dan dikomentari oleh guru dalam periode tertentu. Jadi, penilaian portofolio merupakan suatu pendekatan dalam penilaian kinerja peserta didik atau digunakan untuk menilai kinerja.
Di dalam file portofolio, guru mengumpulkan bukti fisik dan catatan prestasi peserta didik, seperti hasil ulangan, hasil tugas mandiri, serta hasil praktikum. Selain prestasi akademik, isi file juga dapat dielaborasi dengan catatan prestasi nonakademik, yakni rekaman profile peserta didik yang meliputi aspek kerajinan, kerapian, ketertiban, kejujuran, kemampuan kerja sama, sikap, solidaritas, dan lain-lain.
b.      Tujuan Penilaian Portofolio
1)      Menghargai Perkembangan Peserta Didik
2)      Mendokumerntasikan Proses Pembelajaran
3)      Memberi Perhatian Pada Prestasi Kerja
4)      Meningkatkan Efektivitas Proses Pembelajaran
5)      Bertukar Informasi antara Orang Tua Peserta Didik dengan Guru Lain.

Berikut ini akan dikemukakan beberapa contoh format penilaian portofolio.[6]
FORMAT PENILAIAN PORTOFOLIO PRODUK
No
Aspek-aspek Penilaian
Indikator
 Skor
Keterangan
01
Persiapan
I




II




III


02
Pembuatan
Umum




Modifikasi




Khusus


03
Komponen
Disain




Bahan




Kreativitas




Orisinalitas



Jumlah skor




Nilai




Bandung,
Guru,

.............................................

5.      Penilaian sikap dan instrumennya
Sikap dapat didefinisikan sebagai suatu predisposisi atau kecenderungan untuk melakukan suatu respon dengan cara-cara tertentu terhadap dunia sekitarnya berupa individu-individu tertentu beserta obyek-obyek tertentu.[7]Harvey dan Smith (1991:164) mendefinisikan sikap sebagai kesiapan merespon secara konsisten dalam bentuk positif atau negatif terhadap objek atau situasi.[8]
Untuk menilai sikap seseorang terhadap objek tertentu dapat dilakukan dengan melihat respon yang teramati dalam menghadapi objek yang bersangkutan. Respon seseorang dalam menghadapi suatu objek menurut Eagly & Chaiken (1993: 10) dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1). Cognitive responses, yang berkaitan dengan apa yang diketahui orang tersebut tentang objek sikap. 2). Affective responses, berkaitan dengan perasaan atau emosi seseorang yang berkaitan dengan objek sikap. 3). Behavioral responses, berkaitan dengan tindakan yang muncul dari seseorang ketika menghadapi objek sikap.




Ada beberapa bentuk penilaian sikap (skala sikap), diantaranya adalah:[9]
a.         Skala Likert
                 Prinsip pokok skala Likert adalah menentukan lokasi kedudukan seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap objek sikap, mulai dari sangat negatif sampai dengan sangat positif.
Untuk skala Likert digunakan skala dengan lima aktif sampai dengan sangat positif. Untuk skala Likert digunakan skala dengan lima angka. Skala 1 (satu) berarti sangat negatif dan skala 5 (lima) berarti sangat positif. Skala ini disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh pilihan respon yang menunjukkan tingkatan. Contoh pilihan respon:
                                    SS        : sangat setuju
                                    S          : setuju
                                    TB/R   : tidak punya pendapat/ragu-ragu
                                    TS        : tidak setuju
                                    STS     : sangat tidak setuju
Contoh instrumen untuk mengukur sikap siswa terhadap mata pelajaran bahasa arab.
No
Sikap Siswa
STS
TS
R
S
SS
1.
Pelajaran bahasa arab bermanfaat





2.
Pelajaran bahasa arab sulit





3.
Tidak semua siswa harus belajar bahasa arab





4.
Pelajaran bahasa arab harus dibuat mudah





5.
Harus banyak latihan pada pelajaran bahasa arab






Skoring pilihan jawaban skala Likert tergantung pada sifat pernyataan. Untuk pernyataan yang bersifat positif skor jawaban adalah: SS = 5, S = 4, R = 3, TS = 2, STS = 1. Untuk pernyataan yang bersifat negatif skor jabawan adalah sebaliknya: SS = 1, S = 2, R = 3, TS = 4, STS = 5.
b.      Skala Thurstone
Skala Thurstone merupakan skala mirip descriptive graphic rating scale karena merupakan suatu instrumen yang responnya dengan memberi tanda tertentu pada suatu kontinum baris. Perbedaannya terletak pada jumlah skala. Pada descriptive graphic rating, skala terdiri dari 5 tingkatan, sedangkan pada skala Thurstone jumlah skala yang digunakan berkisar antara 7 sampai 11.
Contoh instrumen untuk menilai sikap siswa terhadap mata pelajaran sejarah.
                                                   !..7..!..6..!..5..!..4..!..3..!..2..!..1..!
1.      Saya sering belajar sejarah      !......!......!......!......!......!......!......!
2.      Pelajaran sejarah bermanfaat !......!......!......!......!......!......!......!
3.      Saya berusaha memiliki buku pelajaran sejarah                  !......!......!......!......!......!......!......!
c.       Skala Guttman
Skala ini berupa sederetan pernyataan opini tentang sesuatu objek secara berurutan. Responden diminta untuk menyatakan pendapatnya tentang pernyataan itu (setuju atau tidak setuju). Bila ia setuju dengan pernyataan pada nomor urut tertentu, maka diasumsikan juga setuju dengan pernyataan sebelumnya dan tidak setuju dengan pernyataan sesudahnya.Contoh:
1.      Saya mengizinkan anak saya bermain ke tetangga.
2.      Saya mengizinkan anak saya pergi kemana ia mau.
3.      Saya mengizinkan anak saya pergi kapan saja dan kemana saja.
4.      Anak saya bebas pergi kemana saja tanpa minta izin terlebih dahulu.
Bila responden setuju dengan pernyataan nomor 3 misalnya, maka dianggap ia setuju dengan pernyataan nomor 1 dan 2, serta tidak setuju dengan pernyataan nomor 4.
6.      Penilaian diri dan istrumennya
a.       Pengertian penilaian diri
Penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian, di mana subjek yang ingin dinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan, status,  proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu.
b.      Teknik penilaian diri dapat digunakan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
 1). Menilai aspek kognitif, misalnya: peserta didik dapat diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu, berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
2).  Menilai aspek fektif, misalnya, peserta didik dapat diminta untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu objek sikap tertentu. Selanjutnya, peserta didik diminta untuk melakukan penilaian berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
3).  Menilai aspek psikomotorik,  peserta didik dapat diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya sebagai hasil belajar berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
c.       Istrumen yang digunakan
                    Istrumen yang digunakan dalam penilaian ini dengan menggunakan daftar cek (chek list) yaitu berupa daftar pernyataan yang jawabannya tinggal memberi chek list pada jawaban yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.[10]

IV.        PENUTUP
A.    Kesimpulan
Teknik evaluasi non tes adalah suatu teknik evaluasi selain tes yang digunakan untuk mengukur perubahan sikap dan pertumbuhan anak dalam psikologi. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara skala bertingkat, kuesioner, daftar cocok, wawancara, pengamatan atau riwayat hidup.
Dalam teknik evaluasi non tes ada enam penilaian yang dinilai yaitu penilaian kinerja, produk, proyek, portofolio, sikap dan penilian diri.
B.     Penutup
Demikianlah makalah yang telah kami susun, semoga bermanfaat bagi pembaca dan pemakalah sendiri. Kami menyadari masih banyak kesalahan atau kekurangan dalam penyusunan makalah ini, maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna memperbaiki makalah ini dan selanjutnya.
DAFTAR KEPUSTAKAN
Arikunto, Suharsimi., Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1990.
Arifin, Zainal, Evaluasi Istruksional Prinsip-Teknik-Prosedur. Bandung: PT. Remaja      Rosdakarya. 1990.
-----------------, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012.

Haryati, Mimin, Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada Press, 2008.
  
Suryatana, P. P. N dan Wayan Nurkanca,  Evaluasi Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional,  1983.
Widoyoko, S. Eko Putro. Evaluasi Program Pembelajaran Panduan Praktis bagi Pendidik dan Calon Pendidik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.




[1] Zainal Arifin, Evaluasi Istruksional Prinsip-Teknik-Prosedur, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1990), hlm. 49.
[2] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1990), hlm. 23-28.
[3] Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), hlm. 45-49.
[4] Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan, hlm. 50-51.

[5] Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan, hlm. 57. 
[6] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 196  
[7] Wayan Nurkanca dan P. P. N. Suryatana, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hlm. 280.
[8] S. Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran, Panduan Praktis bagi Pendidik dan Calon Pendidik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 113.
[9] S. Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran, Panduan Praktis bagi Pendidik dan Calon Pendidik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 115-118.
[10]  Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan, hlm. 67.

1 komentar: