Pages

Pages

Minggu, 22 November 2015

TEKNIK EVALUASI (TES)

TEKNIK EVALUASI (TES)

Makalah
Disusun guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Evaluasi Pembelajaran
Dosen Pengampu: Naifah, M.Si






Disusun oleh:
Uswatun Hasanah     113211012
Nurul Khasanah      113211013
Abdullah Mujib       113211014


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KUGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013


I.         PENDAHULUAN
Evaluasi pada dasarnya sebagai dasar keputusan, menyusun kebijakan, maupun progam selanjutnya, keputusan apakah akan dilanjutkan, diperbaiki atau dihentikan. Kegiatan evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu upaya apapun yang terprogam, tidak terkcuali bagi progam pembelajaran sebagai bagian dari progam pendidikan. Untuk mengetahui apakah program yang telah direncanakan dan dilaksanakan dapat tercapai tujuannya.
Dalam suatu evaluasi terdapat metode-metode yang digunakan oleh seorang pendidik untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasian proses pembelajaran dan sejauh mana tingkat kefahaman peserta didik dalam memahami mata pelajaran yang diberikan oleh seorang pendidik.
 Diantara metode tersebut yaitu metode evaluasi bentuk tes. Kata tes sudah tidak asing lagi bagi para pelajar baik tingkat bawah maupun perguruan tinggi. Dalam makalah ini akan diuraikan pengertian dari tes, apa saja macam-macam tes serta kelebihan dan kekurangan tes tersebut.

II.      RUMUSAN MASALAH
A.    Apa pengertian tes?
B.     Apa saja macam-macam tes serta kelebihan dan kekurangannya?

III.   PEMBAHASAN
A.       Pengertian tes
Istilah tes diambil dari kata testum suatu pengertian dalam bahasa prancis kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Adapula yang mengartikan sebagai piring yang terbuat dari tanah.[1]
Tes merupakan suatu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Menurut Djemari tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respon seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan. Tes dapat diartikan sebagai sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes.[2]
Menurut Drs. Amir Daein Indrakusuma dalam bukunya Evaluasi Pendidikan mengatakan “ tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang dengan cara yanng boleh dikatakan tepat dan cepat.”
-          Tes
(sebelum ada ejaan yang disempurnakan dalam bahas indonesia disebut test) adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara atau aturan-aturan yang ditentukan.
-          Testing
Testing merupakan saat waktu tes itu dilaksanakan. Dapat juga dikatakan testing adalah saat pengambilan tes.
-          Testee
Dalam istilah indonesia adalah responden yang sedang mengerjakan tes.
-          Tester
Adalah orang yang diserahi untuk melaksanakan pengambilan tes terhadap para responden. Dengan kata lain tester adalah subjek evaluasi.[3]

B.       Bentuk-bentuk tes
1.      Dilihat dari bentuk jawaban peserta didik  maka tes dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan.
a.    Tes tertulis
Sering disebut pencil test atau paper test. Adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk tertulis. Tes tertulis ada dua bentuk yaitu bentuk uraian (essay) atau subjektif dan bentuk objektif (objektive)[4]
Tes tertulis pada umumnya tidak bisa digunakan secara efektif untuk mengevaluasi keterampilan psikomotorik siswa. Akan tetapi tes tertulis dapat mengevaluasi prinsip-prinsip yang menyertai keterampilan termasuk keterampilan kognitif, afektif dan psikomotorik.[5]
1)      Tes subjektif
Pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk essay adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti; uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya.
Jumlah butir soal dalam tes uraian biasanya tidak banyak, hanya sekitar 5-10 butir soal dalam waktu kira-kira 90- 120 menit. Soal-soal bentuk uaraian ini menutut kemampuan peserta tes untuk dapat mengorganisir, meginterprestasi, menghubungkan pengertian-pengertian yang dimiliki. Secara singkat dapat dikatakan bahwa tes uraian menuntut peserta untuk dapat mengingat-ingat dan mengenal kembali, dan terutama harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi.
Berdasarkan tingkat kebebasan tigkat peserta tes untuk menjawab soal tes uraian, secara umum tes uraian dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu tes uraian bebas atau uraian terbuka ( extended response) dan tes uraian terbatas (restricted response).
a)        Tes uraian bebas (extended response test)
Merupakan bentuk tes yang memberikan kebebasan kepada peserta tes untuk mengorganisasikan dan mengekspresikan pikiran dan gagasannya dalam menjawab soal tes. Jawaban peserta tes bersifat terbuka, fleksibel dan tidak terstruktur. Contoh ; jelaskan alasan mengapa sistem ekonomi yang dianut suatu negara berbeda-beda.
Peserta ujian diberi kebebasan untuk menjawab menurut gaya bahasa dan gaya kognitifnya masing-masing, sesuai dengan kemampuan mengingat mereka. Dengan demikian maka keterampilan mengekspresikan pikiran dalam bentuk tertulis akan besar sekali kontribusinya dalam soal ujian tipe seperti ini. Bentuk soal seperti ini baik untuk mengukur hasil belajar pada tingkatan aplikasi, analisis,  evaluasi dan kreativitas.
b)        Tes uraian terbatas (restricted response test)
Merupakan bentuk tes yang memberikan batasan-batasan atau rambu-rambu tertentu kepada para peserta tes dalam menjawab soal tes. Batasan tersebut mencakup format, isi dan ruang ligkup jawaban.[6]
Walaupun kalimat jawaban peserta didik beranekaragam, tetap harus ada pokok-pokok penting yang terdapat dalam sistematika jawabannya sesuai dengan batas-batas yang telah ditentukan dan dikehendaki dalam soalnya.[7]
Ada beberapa ragam tes uraian terbatas antara lain ragam tes melengkapi dan tes jawaban singkat.
(1)      Tipe jawaban melengkapi
Yaitu butir soal yang memerintahkan kepeda peserta tes untuk melengkapi kalimat dengan suatu frasa, angka atau satu formula.
(2)      Tipe jawaban singkat
Yaitu bentuk soal yang berbentuk pertenyaan yang dapat dijawab dengan satu kata, satu frase, satu angka dan satu formula.
2)      Tes objektif
Yaitu bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban atau respon yang harus dipilih pleh peserta didik. Jadi kemungkinan jawaban atau respon telah disediakan oleh penyusun butir soal.[8]
Tes objektif sering juga disebut tes dikotomi karena jawabannya antara benar atau salah dan skornya antara 1 dan 0. Disebut objetif karena penilaiannya objektif. Siapaun yang mengoreksi tes objektif hasilnya akan sama karena kunci jawabannya sudah jelas dan pasti.[9]
Secara umum ada tiga bentuk tes objektif, yaitu
a)    Tipe benar salah (True-false test)
      Adalah tes yang butir soalnya terdiri dari pernyataan yang disertai dengan alternatif jawaban atau pernyataan yang benar dan yang salah.
(1)   Kelebihan tipe benar salah
(a)      Dapat mewaklili pokok bahasan atau materi pelajaran lebih luas
(b)     Mudah penyusunannya
(c)      Mudah diskor
(d)     Merupakan instrumen yang baik untuk mengukur fakta dan hasi belajar secrara langsung, terutama yang berkaitan dengan ingatan.
(2)   Kekurangan
(a)      Hanya dapat mengungkap daya ingatan dan penghafalan kembali
(b)     Mendorong peserta tes untuk menebak jawaban
b)      Tipe menjodohkan (matching)
Ada beberapa istilah yang digunakan  untuk menunjuk tes menjodohkan (matching test) seperti memasangkan, atau mencocokkan. Butir soal menjodohakn ditulis dalam dua kelompok yaitu pernyataan atau stem dan kelompok jawaban. [10]
(1)   Kelebihan tes menjodohkan
(a)      Baik untuk menguji hasil yang behubungan dengan pengetahuan istilah, definisi, dan peristiwa.
(b)     Dapat menguji kemampuan menghubungkan dua hal yang berhubungan
(c)      Mudah dalam penyusunan.
(2)   Kelemahan
(a)    Ada kecenderungan untuk menekan ingatan saja
(b)   Kurang baik untuk menilai pengertian atau tafsiran.[11]
c)      Tipe pilihan ganda (multiple choice)
Adalah tes dimana setiap butir soalnya memiliki jumlah alternatif jawaban lebih dari satu. Jumlah aternatif jawaban berkisar antara dua sampail ima. Setiap tes pilihan ganda terdiri dari dua bagian yaitu (1) pernyataan atau disebut juga stem dan (2) alternatif pilihan jawaban atau disebut option.
Terdapat beberapa variasi atau modifikasi dari tes pilihan ganda, yaitu:
(a)    Pilihan ganda analisis hubungan antar hal
Yaitu terdiri dari dua pernyataan yang dihubungkan oleh kata “sebab”. Jadi ada dua kemungkinan hubungan antaara kedua pernyataan tersebut, yaitu ada hubungan sebab akibat atau tidak ada hubungan sebab akibat.
(b)   Pilihan ganda analisis kasus
Yaitu peserta tes dihadapkan pada suatu kasus yang disajikan dalam bentuk cerita, peristiwa atau sejenisnya.kemudian diajukan pertanyaan dalam bentuk melengkapi pilihan.
(c)    Pilihan ganda asosiasi
Struktur soalnya sama dengan melengkapi pilihan. Perbedaanya adalah kalau pada melengkapi pilihan hanya ada satu jawaban yang paling benar atau paling benar tapi pada melngkapi berganda  justru jawaban yang benar lebih dari satu, bisa 2,3,4.
(d)   Pilihan ganda dengan diagram, grafik, tabel dan sebagainya
Bentuk soal ini mirip dengan analisis kasus., baik struktur maupun pola pertanyaannya. Bedanya dalam tes bentuk ini tidak disajikan kasus daam bentuk cerita atau peristiwa tetapi dalam diagram, gambar, grafik maupun tabel. 
d)     Jawaban singkat (sort answer) dan melengkapi (completion)
Tes ini masing-masing menghendaki jawaban dengan kalimat dan atau angka yang hanya dapat dinilai benar atau salah.
(1)   Kebaikan tes ini
(a)    Sangat baik untuk menilai kemampuan peserta didik berkenaan dengan fakta
(b)   Relatif mudah disusun
(c)    Menuntut peserta didik untuk mengemukkakan pendapat dengan singkat
(2)   Kelemahan
(a)    Hanya berkenaan dengan kemampuan mengingat saja
(b)   Dibutuhkan waktu yang lama dalam mengoreksi[12]

b.   Tes lisan
Adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk lisan. Peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai dengan pertanyaan atau perintah yanag diberikan.
1)      Kebaikan tes ini
a)      Dapat mengetahui langsung kemampuan peserta didik dalam mengemukakan pendapatnya secara lisan
b)      Tidak perlu menyusun soal-soal secara terurai, tetapi cukup mencatat pokok-pokok permasalahannya saja
c)      Kemungkinan peserta didik akan menerka jawaban dan spekulasi dapat dihindari
2)      Kelemahan
a)      Membutuhkan waktu yang cukup lama
b)      Seringnya muncul insur subjektifitas

c.    Tes perbuatan (performance test)
Tes perbuatan atau tes praktik adalah tes yang menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk prilaku, tindakan atau perbuatan. Lebih jauh Stignis (1994) mengemukakan “ tes tindakan adalah suatu bentuk tes yang peserta didiknya diminta untuk melakukan kegiatan khusus dibawah pengawasan penguji yang akan mengobservasi penampilannya dan membuat keputusan tentang kualitas hasil belajar yang didemonstrasikan.” Misalnya untuk melihat bagaimana cara menggunakan komputer dengan baik dan benar, guru harus menyuruh peserta didik untuk mempraktikkan atau mendemonstrasiakn penggunaan komputer yang sesungguhnya sesuai dengan prosedur yang baik dan benar.
Sebagaimana jenis tes lain, tes tindakanpun mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan tes tindakan adalah (1) satu-satunya teknik tes yang dapat digunakan untuk mengetahui hasil belajar dalam bidang keterampilan (2) sangat baik digunakan untuk mencocokkan antara pengetauhan teri dan keterampilan praktik (3) dalam pemggunaannya tidak mungkin peserta didik akan mencontek (4) guru dapat lebih mengenal masing-masing karakter peserta didik.
Adapun kelemahannya adalah (1) memakan waktu yang lama (2) dalam hal tertentu membutuhkan biaya yang besar (3) cepat membosankan (4) membutuhkan syarat pendukung yang lengkap baik waktu tenaga maupun biaya. [13]

2.      Ditinjau dari segi penyusunannya tes hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.         Tes buatan guru (teacher made-test)
Yaitu tes yang telah disusun sendiri oleh guru yang akan mempergunakan tes tersebut. [14] Tes ini biasanya digunakan untuk ulangan harian, formatif, dan ulangan umum. Tes ini dimaksudkan untuk mengukur tingkast penguasaan peserta didik terhadap materi yang sudah disampaikan guru. Untuk itu guru harus membuat soal secara logis dan rasional mengenai pokok-pokok materi.[15]
b.        Tes yang telah distandarkan (standardised test)
Yaitu tes yang telah mengalami proses standarisasi yakni proses validasi dan keadaan (reliability) sehingga tes tersebut benar-benar valid dan andal untuk suatu tujuan dan bagi suatu kelompok tertentu.
Suatu tes dikatakan valid jika tes tersebut benar-benar mampu menilai apa yang harus dinilai. Tes tersebut jika digunakan dapat mencapai sasaran sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya. Dengan kata lain merupakan alat yang jitu karena telah mengalami try-out dan perbaikan.dan suatu tes disebut andal atau dapat dipercaya jika tes tersebut menunjukkan ketelitian pengukuran. Ketelitian itu berlaku untuk setiap orang yang sama. Jika tes itu andal maka skor hasil tes yang dibuat murid itu tetap sama.[16]

3.      Berdasarkan jumlah peserta didik tes hasil belajar ada dua macam, yaitu:
a.       Tes perseorangan, yaitu tes yang dilakukan secara perorangan. Guru akan berhadapan dengan seorang peserta didik.
b.    Tes kelompok, yaitu tes yang diadakan secara kelompok. Guru akan dihadapkan pada sekelompok peserta didik.[17]

4.      Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa terdapat tiga macam tes, yaitu:
a.       Tes diagnostik
Adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat. Secara umum tes ini disebut penjajakan masuk atau dalam istilah inggris entering behaviour test. Ini dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan pengetahuan dasar untuk dapat menerima pengetahuan lanjutannya. Oleh karena itu tes ini juga disebut prasyarat tes atau pre request test. Tes ini juga berfungsi sebagai tes penempatan (placement test).
b.      Tes formatif
Dari arti kata form yang merupakan dasar istilah formatif maka evaluasi formatf dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu. Evaluasi formatif atau tes formatif diberikan pada akhir setiap program. Tes ini merupakan post-test atau tes akhir program.
c.       Tes sumatif
Evaluasi sumatif atau tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok program atau sekelompok program yang lebih besar. Dalam pengalaman disekolah tes formatif dapat disamakan dengan ulangan harian sedangkan tes sumatif dapat disamakan dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada akhir semester.[18]


5.      Berdasarkan aspek pengetahuan dan keterampilan maka tes dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a.       Tes kemampuan (power test)
Prinsip tes kemampuan adalah tidak adanya batasan waktu  dalam pengerjaan tes. Jika waktu tes tidak dibatasi maka hasil tes dapat mengungkapkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.
b.      Tes kecepatan (speed test)
Aspek yang diukur dalam tes kecepatan adalah kecepatan peserta didik dalam mengerjakan sesuatu pada waktu atau periode tertentu. Pekerjaan tersebut biasanya relatif mudah karena aspek yang diukur benar-benar kecepatan bukan aspek lain.[19]

IV.             PENUTUP
A.    Kesimpulan
Tes yaitu sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes.
Bentuk-bentuk tes dilihat dari bentuk jawaban peserta didik  maka tes dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan. Tes tertulis sendiri dibagi menjadi dua yaitu subjektif dan objektif. Ditinjau dari segi penyusunannya tes hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:Tes buatan guru (teacher made-test) dan tes standar atau (standardized test). Berdasarkan jumlah peserta didik tes hasil belajar ada dua macam, yaitu tes kelompok dan perorangan. Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa terdapat tiga macam tes, yaitu: diagnostik, formatif dan sumatif. Dan berdasarkan aspek pengetahuan dan keterampilan maka tes dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu tes kemampuan dan kecepatan.
B.     Penutup
Demikian makalah ini kami susun, kai menyadari masih adanya kesalahan dalam penyusunan  makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amien
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,  Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan ,Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
Arifin, Zainal, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2012.
Nurkancana, Wayan dan Sunartana, Evaluasi pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1986.
Purwanto, Ngalim, Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pembelajaran , Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009.
Sukardi, Evalusi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya , Jakarta Timur: Bumi Aksara, 2008.
Widyoko, Eko Putro, Evaluasi Program Pembelajaran , Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.





[1] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara,2010) hlm. 52
[2] Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010) hlm. 45-46
[3] Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi, hlm. 53
[4] Zaenal, Evaluasi Pembelajaran, hlm 124.
[5] Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya (Jakarta Timur: Bumi Aksara, 2008) hlm.93
[6] Eko putro, Evaluasi Program,  hlm.80
[7] Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, hlm. 125
[8] Eko Putro, Evauasi program, hlm. 49
[9] Zaenal, Evaluasi Pembelajaran, hlm 135
[10] Eko Putro, Evaluasi Program, hlm, 51-56
[11] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2012) hlm.145
[12]  Zaenal, Evaluasi pembelajaran, hlm. 145-146
[13] Zaenal, evaluasi pembalajaran,  hlm 149-150
[14] Wayan Nurkancana dan sunartana, Evaluasi pendidikan  (Surabaya: Usaha Nasional, 1986) hlm.  26
[15] Zaenal, Evaluasi Pembelajaran, hlm.119
[16] Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pembelajaran (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009) hlm. 33-34
[17] Zaenal, Evaluasi pembelajaran,  hlm 118
[18] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi,  hlm 33-39
[19] Zaenal arifin , Evaluasi Pembelajaran, hlm.124

Tidak ada komentar:

Posting Komentar