التقديم والتأخير
Makalah
Disusun
guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah: Balaghah I
Dosen
Pengampu: Mahfudz Shiddiq, Lc, M.Ag
Disusun
Oleh:
Hilmi Sahab 113211024
Iip
Kasipul Qulub 113211025
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
التقديم والتأخير
I.
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan
kegiatan pokok manusia dalam kehidupan sehari-hari, karena bahasa itu sendiri
merupakan alat penghubung antara sesama. Bahasa adalah alat interaksi sosial,
dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau juga perasaan.
Namun, kegiatan berbahasa ini tidaklah gampang, karena dalam bahasa ada
kaidah-kaidah tertentu yang harus diketahui oleh pengguna bahasa itu sendiri.
Karena apabila salah dalam menggunakan bahasa, maka akan mengakibatkan masalah
yang fatal meskipun bahasa itu secara hukum benar. Oleh karena itu, perlu
kiranya kita mempelajari ilmu tentang bahasa, agar bahasa kita tidak
menimbulkan masalah yang fatal sehingga diri kitapun selamat.
Diantara ilmu yang perlu dikuasai oleh pengguna bahasa khususnya
bahasa Arab adalah التـقديـم والتـأخـير. Dengan ilmu ini mutakallim dapat menyesuaikan
kalam yang akan disampaikan. Dan dalam kesempatan kali ini pemakalah akan
membahas tentang التـقديـم والتـأخـير.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Apa
yang dimaksud التـقديـم والتـأخـير?
B.
Bagaimanakah
tujuan dariالتـقديـم والتـأخـير?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian التـقديـم والتـأخـير
Susunan balaghoh dalam ilmu ma’ani telah ditetapkan dalam dua
komponen, yaitu musnad dan musnad ilaih, keduanya biasanya
mencakup Jumlah Fi’liyah (musnad dan musnad ilaih) atau Jumlah Ismiyah
(musnad ilaih dan musnad).[1] Jumlah Fi’liyah terdiri
dariFi’il dan Fa’il, Jumlah Ismiyah terdiri dari Mubtada’ dan Khabar.
Mubtada’ dalam ilmu balaghoh disebut musnad ilaih dan khabarnya disebut musnad,
adapun fi’il dalam ilmu balaghoh disebut musnad dan fa’il disebut musnad ilaih.
Kalau sudah diketahui susunan dalam ilmu balaghoh kita akan mengetahui mana
yang disebut taqdim dan mana yang disebut takhir.
Berikut adalah posisi Musnad dan Musnad ilaih dalam suatu kalimat:
المسند اليه
|
المسند
|
1.
Mubtada’
yang memiliki khabar
2.
Al-Fail
3.
Naib
al-fail
4.
Asma’
an-nawasikh[2]
|
1.
Khabar
mubtada’
2.
Fiil
taam
3.
Isim
fail
4.
Mubtada’
yang tidak memilik khabar
5.
Akhbar
an-nawasikh
6.
Masdar naib al-fail[3]
|
Secara kata تـقديـمberasal dari kata قدمyang berarti mendahului atau menyegerakan.Kemudian kata قدم mengalami perubahan wazan dengan menambahkan satu huruf pada
‘ain fi’ilnya dengan cara mentasydidkannya قدَّم, sehingga mengalami transformasi makna, dari makna mendahului
atau menyegerakan menjadi mendahulukan, mendatangkan, memilih atau lebih
menyukai.
Sedangkan Ta’khir berakar kata dari huruf-huruf أخر merupakan antonim dari kata Taqdim. Kata أخَّر juga mengalami perubahan wazan dengan
menambahkan satu huruf pada ‘ain fi’ilnya, sehingga menjadi أخَّرَ yang berarti penundaan, penangguhan, dan
perlambatan. Maka kata Taqdim dan Takhir, keduanya adalah berasal dari kata
kerja yang dibendakan (mashdar) dari kata قدَّمَ – يقدِّم - تقديما dan أخَّرَ –
يؤخِّر – تأخيرا. Yakni sesuatu hal yang mendahulukan dan yang mengakhirkan.[4]
B.
Tujuanالتـقديـم والتـأخـير
Berikut
beberapa tujuan dari التـقديـم والتـأخـير:
1.
Taqdim
Musnad Ilaih
a.
تعجيل المسرة
Mempercepat kabar gembira
dengan sebab mengharap nasib yang baik.
Contoh: العَفْوُ
عَنْكَ صَدَرَ بِهِ الأَمْرُ
b.
تعجيل المساءة
Mempercepat keburukan
karena sebab mengira keburukan itu benar-benar menimpanya sesuai dugaannya.
Contoh: القِصَاصُ
حَكَمَ بِهِ القَاضِيْ
c.
التشويقُ إلى المتأخِّرِ إذا كان المتقدِّمُ مُشعِرًا بغَرابةٍ
Yakni membuat para
pendengar merasa penasaran serta bertanya-tanya. Dengan mendahulukan musnad
ilaih (mubtada’) yang di dalamnya terdapat makna yang menarik membuat pendengar
bertanya-tanya, sehingga menjadikan makna khabar terekam jelas dan kuat dalam
pikiran pendengar.
Contoh:حَيَوَانٌ مُسْتَحْدَثٌ مِنْ جَمَادِ - وَالَّذِي حَارَتِ
البَرِيَّةُ فِيهِ
d.
التلذذ
Merasakan
kenikmatan, Contoh: ليلى وصلت وسلمى هجرت
e.
التبرك
Mengharapkan
berkah, Contoh: اسم الله اهتديت به
f.
النص على عموم السلب أو سلب العموم
Memperjelas
cakupan nafi, ialah bila lafadz “kullu” diidhofahkan pada musnad
ilaih dan musnadnya disertai nafi, Contoh: كُلُّ ذلك لَمْ يَكُن
g.
إفادة التخصيص قطعا
Yaitu untuk mengkhususkan saja, maksudnya menjadikan
musnad beramal hanya untuk musnad ilaih saja.
2.
Taqdim
Musnad
a.
التخصيص بالمسند اليه
Yaitu mengkhususkan Musnad Ilaih bahwa ia hanya
dimiliki oleh Musnad yang ada bersamanya.
Contoh: ولله ملك السموات والأرض [المائدة : 120]
b.
التنبيه من اول الأمر على انه خبر لا نعت
Yaitu
menegaskan kepada pendengar bahwa dari awal kalimat itu bukan sifat melainkan
khabar.
Contoh:
له همم ولا منتهى لكبارها ÷ وهمته الصغرى اجل من الدهر
c.
التشويق للمتأخر اذا كان في المتقدم ما يشوق لذكره
Membuat
pendengar penasaran serta bertanya-tanya dengan sayarat dalam jumlah musnad
terkandung makna yang menarik.
Contoh:
[ال عمران : 190]
ان في خلق السموات والأرض واختلاف اليل
والنهار لأيات لأولى الأباب
d.
التفاؤل
Yaitu
berharap akan nasib yang baik, Contoh: في عافية انت
e.
إفادة القصر المسند اليه على المسند
Yaitu
membatasi musnad ilaih untuk musnad. Artinya peran musnad hanya untuk musnad
ilaih saja.
Contoh:
لكم دينكم ولي دين [الكافرون : 7]
f.
المساءة
Yaitu
kabar buruk,
Contoh:
ومن نكد الدنيا على الحر ان يرى ÷ عدوا له ما من صداقته بد
g.
التعجب او التعظيم او المدح او الذم او
الترحم او الدعاء
Yaitu
mengagumi, mengagungkan, memuji, menghina, menyayangi atau mendoakan.
Contoh:
[6]لله درك
IV.
KESIMPULAN
التـقديـم والتـأخـيرmerupakan ilmu balaghoh
yang membahas tentang bagaimana mendahulukan atau mengakhirkan kalimat yang
disebabkan dengan adanya tujuan-tujuan tertentu.
Tujuan-tujuan tersebut adalah:
1.
Taqdim
Musnad Ilaih:
a. تعجيل المسرة
b. تعجيل المساءة
c. التشويقُ إلى المتأخِّرِ
إذا كان المتقدِّمُ مُشعِرًا بغَرابةٍ
d.
التلذذ
e. التبرك
g. إفادة التخصيص قطعا
2.
Taqdim Musnad
a. التخصيص بالمسند اليه
b. التنبيه من اول
الأمر على انه خبر لا نعت
c. التشويق للمتأخر
اذا كان في المتقدم ما يشوق لذكره
d. التفاؤل
e. إفادة القصر
المسند اليه على المسند
f. المساءة
g. التعجب او التعظيم او المدح او الذم او الترحم او الدعاء
V.
PENUTUP
Demikianlah Makalah yang telah kami susun. Kami menyadari bahwa
masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Akkawi, In’am Fawal, Mu’jam Mufasshal fi ‘Ulum
al-Balaghah: al-Badi’, wa al-Bayan, wa al-Ma’ani Cet. II, Beirut: Dar al-Kutub
al-Ilmiyah, 1996.
al-Hasyimi, Sayyid Ahmad, Jawahirul
Balaghoh fi al-Ma’ani wa al-Bayan wa al-Badi’, Beirut: Maktabah
al-Ashriyah, Tth.
Mayu, Qodri, al-Muayyin
fil Balaghoh: al-Bayan, al-Badi’, al-Ma’ani,Beirut:
Alamul Kutub, 2000.
[1]Qodri Mayu, al-Muayyin
fil Balaghoh: al-Bayan, al-Badi’, al-Ma’ani, (Beirut: Alamul Kutub, 2000),
hlm. 187.
[2]Sayyid Ahmad
al-Hasyimi, Jawahirul Balaghoh fi
al-Ma’ani wa al-Bayan wa al-Badi’, (Beirut: Maktabah al-Ashriyah, Tth),
hlm. 99.
[4]In’am Fawwal Akkawi, Mu’jam
Mufasshal fi ‘Ulum al-Balaghah: al-Badi’, wa al-Bayan, wa al-Ma’aniCet. II,
(Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1996)
[6]Sayyid Ahmad
al-Hasyimi, Op.Cit., hlm. 136.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar