Minggu, 04 Oktober 2015

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah:  Balaghoh I
Dosen Pengampu: Mahfudz Siddiq, Lc., MA



Disusun oleh:
Ely Herlina                            (113211006)
Laely Zulfa                            (113211007)



FAKULTAS  ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
I.     PENDAHULUAN
Dalam pembahasan ilmu balaghah yang seperti diketahui bersama terdapat tiga macam disiplin ilmu, yakni ilmu bayan, ilmu ma’ani dan ilmu badi’. Seiring dengan hal itu, dalam kesempatan ini ilmu ma’ani terdapat didalamnya berbagai macam pembahasan, yang diantaranya mencakup insya’ beserta pembagiannya.
Dalam pembagian insya’, tercakup pembahasan Amr. Dalam makalah ini, penulis akan mencoba menguraikan sedikit tentang Amr.

II.     RUMUSAN MASALAH
A.      Apa pengertian Amr?
B.       Apa shighot Amr yang haqiqi?
C.       Apa shighot Amr yang ghoiru haqqiqi?

III.     PEMBAHASAN
A.      PENGERTIAN AMR
Ada banyak pengertian dalam pembahasan Amr ini, diantaranya menurut Alhasyimi, mengemukakan bahwa Amr adalah:
طلب حصول الفعل من المخاطب على وجه الاستعلاء[1]
Amr adalah menuntut hasil sebuah pekerjaan dari mukhottob dengan
cara merasa lebih tinggi.
Sedangkan Amr menurut Haddam Binna’:
الأمر هو طلب حصول الفعل من المخاطب على وجه الاستعلاء مع الإلزام[2]
Amr adalah menuntut hasil sebuah pekerjaan dari mukhotob dengan merasa lebih mulia disertai memaksa.
Artinya orang yang memerintah menganggap dirinya lebih mulia dan bersifat memaksa, baik itu sesuai kenyataan atau tidak. Oleh karena itu, jika tidak sesuai kenyataan dinamakan su’ul adab (jelek budi pekertinya). Syarat isti’lak (merasa lebih mulia) sesuai dengan keterangan tersebut adalah pendapat kebanyakan imam maturidi, imam rozy, imam amadiy dari sebagian kelompok asy’ariy, dan abu hasan dari mu’tazilah. Tapi menurut kebanyakan golongan asy’ariy tidak disyaratkan seperti tadi, dan ini diikuti juga oleh kebanyakan imam syafi’iy.

B.       SHIGHOT AMR HAQIQI
Shighot Amr yang haqiqi ada empat, yaitu:
1)   Fi’il Amr
Contoh:
4Ózósu»tƒ Éè{ |=»tFÅ6ø9$# ;o§qà)Î/ ( ç
2)   Fi’il mudlori’ yang dibaca jazm karena kemasukan lam Amr
Contoh:
÷,ÏÿYãÏ9 rèŒ 7pyèy `ÏiB ¾ÏmÏFyèy ( 
3)   Isim fi’il Amr
Contoh:
صه  وامين
4)   Masdar yang mengganti fi’il Amr[3]
Contoh: È
$·Z»|¡ômÎ)  ûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur
C.       SHIGHOT AMR GHOIRU HAQIQI
Terkadang shighot Amr keluar dari makna aslinya karena adanya susunan kalam dan qorinah yang ada, yaitu meliputi:
1). Do’a
Do’a adalah perintah dari orang yang rendah derajatnya kepada orang yang lebih tinggi derajatnya. Contoh:
zA$s%ur Éb>u ûÓÍ_ôãÎ÷rr& ÷br& tä3ô©r& štFyJ÷èÏR û 
2). Iltimas
Iltimas adalah perintah kepada orang yang sama derajatnya. Contoh:
اعطني القلم ايها الاخ
3). Irsyad
Irsyad adalah perintah  yang menunjukkan sesuatu kepada mukhottob. Contoh:
#sŒÎ) LäêZtƒ#ys? AûøïyÎ/ #n<Î) 9@y_r& wK|¡B çnqç7çFò2$$sù 4 =çGõ3uø9ur öNä3uZ÷­/ 7=Ï?$Ÿ2 ÉAôyèø9$$Î/ 
4). Tahdid
Tahdid adalah perintah yang menunjukkan permintaan yang agak keras. Contoh:
(#qè=uHùå$# $tB ôMçGø¤Ï© ( ¼çm¯RÎ) $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ÅÁt/ ÇÍÉÈ  
5). Ta’jiz
Ta’jiz adalah perintah yang membuat mukhottob menjadi tidak mampu melakukan perintah. Contoh:
( ö@è% (#qè?ù'sù ;ouqÝ¡Î/ ¾Ï&Î#÷VÏiB (ÇÌÑÈ  
6). Ibahah
Ibahah adalah perintah yang menunjukkan diperbolehkannya suatu perkara. Contoh:
z#qè=ä.ur (#qç/uŽõ°$#ur 4Ó®Lym tû¨üt7oKtƒ ãNä3s9 äÝøsƒø:$# âÙuö/F{$# z`ÏB ÅÝøsƒø:$# ÏŠuqóF{$# z`ÏB ̍ôfxÿø9$# 
7). Taswiyah[4]
Taswiyah adalah perintah yang menunjukkan persamaan antara melakukan dan tidak melakukan. Contoh:
(#ÿrçŽÉ9ô¹$$sù ÷rr& Ÿw (#rçŽÉ9óÁs? í
8). Ikrom
Ikrom adalah perintah yang menunjukkan memuliakan mukhottob. Contoh:
$ydqè=äz÷Š$# AO»n=|¡Î0 tûüÏZÏB#uä ÇÍÏÈ  
9). Imtinan
Imtinan adalah perintah yang menunjukkan pemberian anugrah kepada mukhottob. Contoh:
(#qè=ä3sù $£JÏB ãNà6s%yu ª!$# WÇÊÊÍÈ  
10). Ihnah
Ihnah adalah perintah yang menunjukkan penghinaan terhadap mukhottob. Contoh:
ö@è% (#qçRqä. ¸ou$yfÏm ÷rr& #´ƒÏtn ÇÎÉÈ  
11). Dawam
Dawam adalah perintah yang menunjukkan arti terus-menerus. Contoh:
$tRÏ÷d$# xÞºuŽÅ_Ç9$# tLìÉ)tGó¡ßJø9$# ÇÏÈ  

12). Tamanni
Tamanni adalah perintah yang menunjukkan pengharapan sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Contoh:
الا ايها الليل الطويل الانجلي # بصبح وما الاصباح منك باالامثل
13). I’tibar
I’tibar adalah perintah yang menunjukkan suatu pelajaran. Contoh:
u#ÿrãÝàR$# 4n<Î) ÿ¾Ín̍yJrO !#sŒÎ) tyJøOr& ÿÇÒÒÈ  
14). Idzin
Idzin adalah perintah yang menunjukkan idzin. Contoh:
ادخل
15). Takwin
Takwin adalah perintah yang menunjukkan perwujudan sesuatu. Contoh:
`ä. ãbqä3usù ÇÎÒÈ  
16). Takhyir
Takhyir adalah perintah yang menunjukkan memilih sesuatu. Contoh:
تزوج هندا او اختها
17). Ta’dib
Ta’dib adalah perintah yang menunjukkan pemberian pelajaran budi pekerti. Contoh:
كل مما يليك
18) Ta’ajjub
Ta’ajjub adalah perintah yang menunjukkan arti kagum atau heran.[5]
ÝàR$# y#øŸ2 (#qç/uŽŸÑ šs9 Ÿ@»sWøBF{$# ( 
IV.     KESIMPULAN
1.      Amr adalah menuntut hasilnya pekerjaan dari mukhottob dengan cara merasa lebih tinggi.
2.      Shighot Amr yang haqiqi ada empat, yaitu:
a.         Fi’il Amr
b.         Fi’il mudlori’ yang dibaca jazem karena kemasukan lam Amr
c.         Isim fi’il Amr
d.        Masdar yang mengganti fi’il Amr
3.      Adapun Shighot Amr Ghoiru Haqiqi sebagaimana berikut:
Do’a, Iltimas, Irsyad, Tahdid, Ta’jiz, Ibahah, Taswiyah, Ikrom, Imtinan, Ihnah, Dawam, Tamanni, I’tibar, Idzin, Takwin, Takhyir, Ta’dib, Ta’ajjub.

V.     PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami paparkan. Tak lupa permohonan maaf kami haturkan atas kekhilafan-kekhilafan dalam makalah ini. Kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini pada khususnya, dan makalah selanjutnya pada umumnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua
DAFTAR PUSTAKA

Ali Al-Jarim Mushtofa Amin, Al-balaghotul Wadhifah, Jakarta: Roudhoh Press, tt.
أحمد الهاشمي، جواهر البلاغة، القاهرة: مكتبة الأدب، 1943
عبد العزيز العتيق، في البلاغة العربية علم المعاني، القاهرة: دار الأفق العربية، 2006
هدام بناء، البلاغة في علم المعاني، كونتور فونوروكو: معهد دار السلام، 1405





[1] أحمد الهاشمي، جواهر البلاغة، (القاهرة: مكتبة الأدب، 1943)، ص. 59
[2]  هدم بناء، البلاغة في علم المعاني، (كونتور فونوروكو: معهد دار السلام، 1405)، ص. 22
[3] Ali Al-Jarim Mushtofa Amin, Al-balaghotul Wadhifah, ( Jakarta: Roudhoh Press, tt.), hlm. 188
[4] Ahmad Al hasyimi, Jawahirul Balaghoh, hlm 60
[5]  عبد العزيز العتيق، في البلاغة العربية علم المعاني، (القاهرة: دار الأفق العربية، 2006)، ص. 56

0 komentar :

Posting Komentar