MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi
Tugas
Mata Kuliah: Balaghah II
Dosen Pengampu: Mahfudz
Siddiq, Lc., MA
Disusun oleh:
Dewi Azzahroh (113211005)
Ely Herlina (113211006)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
WALISONGO
SEMARANG
2014
I.
PENDAHULUAN
Ilmu balaghah merupakan sebuah ilmu yang mengolah
tentang keindahan kata yang mendatangkan makna yang indah dan jelas, dengan
ungkapan yang benar dan fashih sehingga memberi kesan yang mendalam didalam
hati pendengar serta sesuai dengan situasi dan kondisi orang-orang yang diajak
bicara.
Salah satu cabang dari ilmu balaghah adalah ilmu
bayan yang mana telah dibahaspada materi sebelumnya, yakni tentang tasybih,
yaitu ungkapan yang di dalamnya terdapat pengertian penyerupaan atau
perserikatan antara dua perkara.
Selain tasybih termasuk dalam pembahasan ilmu bayan
yaitu juga meliputi tentang majaz, dalam hal ini majaz yang merupakan ungkapan
yang menggunakan makna yang bukan sebenarnya yang terdapat hubungan diantara
makna haqiqi dan makna majazi juga dibagi menjadi dua yaitu majaz mursal dan
majaz aqly.
Adapun mengenai penjelasan lebih lanjut tentang majaz mursal, dalam makalah ini akan dibahas
tentang majaz mursal dan pembagiannya.
II.
RUMUSAN MASALAH
A. Apa pengertian majaz mursal?
B. Apa macam-macam majaz mursal?
III.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Majaz Mursal
Definisi majaz mursal menurut
Ali Jarim dan Musthofa Amin dalam al Balaghah al wadhihah,
المجاز
المرسل كلمة استعملت في غير معناها الأصلي لعلاقة غير المشابهة مع قرينة مانعة من
إرادة المعنى الأصلي.[1]
Majaz mursal
adalah kata yang digunakan bukan untuk maknanya yang asli karena adanya
hubungan yang selain keserupaan serta ada qorinah yang menghalangi pemahaman
dengan makna yang asli.[2]
Menurut Muhammad
Ghufron Zainal ‘Alim
المجاز
المرسل هو المجاز الذى تكون العلا قة بين المعنى الحقيقي والمعنى المجازي غير
المشابهة.[3]
Majaz mursal
adalah majaz yang mempunyai hubungan antara makna hakiki dan makna majazi yang
tidak serupa.
Adapun menurut Emil
Badi’ Ya’qub dalam bukunya al- Muayyin fi al balaghah
المجاز
المرسل وهو استعمال الكالمة في غير معناها الحقيقي لعلا قة بينها وبين المعنى
المجازي غير المشابهة مع وجود قرينة تمنع إرادة المعنى الحقيقي للكلمة.[4]
Majaz mursal
adalah penggunaan kata bukan untuk makna yang sebenarnya karena adanya hubungan
dengan makna majazi yang selain keserupaan serta adanya qorinah yang
menghalangi pemahaman makna kata yang sebenarnya.
Jadi, dari ketiga
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa majaz mursal yaitu penggunaan kata yang
bukan untuk makna sebenarnya karena adanya hubungan antara makna hakiki dan
makna majazi yang tidak serupa dan disertai adanya qorinah yang tidak
memperbolehkan memahami kata tersebut dengan makna aslinya.
B. Macam-Macam Majaz Mursal
Macam-macam majaz
mursal ada 8, yaitu:
1.
السببية(Sababiyah)
Mengucapkan
musababnya sedangkan yang dimaksud adalah sebab.Seperti:
أياد على سا بغة #
أعد منها ولا أعددهاله.
Yang dimaksud
lafadz أياد adalah makna yang bukan sebenarnya. Karena manusia hanya mempunyai
dua tangan dan bukan banyak tangan. Lafadz tersebut mengandung makna yang
majazy. Dan diartikan sebagai kenikmatan-kenikmatan. Makna hakiki lafadz rsebut
adalah tangan-tangan sedang makna majazinya adalah kenikmatan-kenikmatan.
Tangan menjadi sebab adanya kenikmatan-kenikmatan.
2.
المسببية(Musabbabiyah)
Mengucapkan
sebab sedangkan yang dimaksudkan adalah musababnya. Sepertiغيثارعينا
Kami memelihara
hujan. Padahal yang
dimaksudkan adalah tanaman. Tanaman tumbuh sebab ada hujan.
3.
الجزئية(Juz’iyyah)
Ada kalimat
kulli, sedangkan yang dimaksudkan adalah juz’i, seperti lafal اصابع yang artinya jari padahal yang dimaksudkan
adalah انامل yang artinya ujung jari.
4.
الكلية(Kulliyyah)
Mengungkapkan
keseluruhan, tetapi maksudnya adalah sebagian.
Seperti:
cqä9qà)tNÎgÏdºuqøùr'Î/$¨B}§øs9ÎûöNÍkÍ5qè=è%3ª!$#urãNn=÷ær&$oÿÏ3tbqßJçFõ3tÇÊÏÐÈ
“Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang
tidak terkandung dalam hatinya. dan Allah lebih mengetahui dalam hatinya. dan
Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan.”(QS. Ali Imron: 167).
Allah
menggunakan lafadz NÎgÏdºuqøùr'yang berarti mulut-mulut mereka. Orang tidak bicara dengan mulut
tapi dengan lisan, namun kita boleh mengatakan dengan ungkapan
بالأفواهنتكلم,
yang
dimaksud dengan lafal أفواه adalah makna
majazinya, yaitu lisan.[5]
5.
إعتبارماكان(I’tibar ma kaana)
Memperhitungkan perkara
yang telah terjadi.
Contoh:
(#qè?#uäur#yJ»tFuø9$#öNæhs9ºuqøBr&(wur(#qä9£t7oKs?y]Î7sø:$#É=Íh©Ü9$$Î/(wur(#þqè=ä.ù's?öNçlm;ºuqøBr&#n<Î)öNä3Ï9ºuqøBr&4¼çm¯RÎ)tb%x.$\/qãm#ZÎ6x.ÇËÈ
“Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang
sudah balig) harta mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan
jangan kamu Makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan
(menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang besar.” (QS. An-Nisa’:2).
Lafadz
اليتمى yang berarti anak-anak yatim yang telah
ditinggal mati oleh kedua orang tuanya, benarkah ini makna yang sebenarnya?
Tidak,
makna majazinya adalah orang sudah dewasa yang dulunya anak yatim.
6. إعتبار ما يكون(I’tibar
ma yakuunu)
Memperhitungkan masa
yang akan datang atau sesuatu yang akan terjadi.
Contoh:
إني أراني أعصر خمرا
Sesungguhnya aku
bermimpi bahwa aku memeras anggur
Benarkah yang dimaksud
dalam ayat ini arti yang sebenarnya?
Seseorang tidak dapat
memeras anggur, tetapi yang diperas adalah buah anggur yang kemudian menjadi
anggur.
7. المحلية(Mahalliyyah)
Menyebutkan tempat,
namun yang dimaksud adalah orang atau sesuatu yang menempatinya.
Contoh:
È@t«óursptös)ø9$#ÓÉL©9$#$¨Zà2$pkÏùuÏèø9$#urûÓÉL©9$#$uZù=t6ø%r&$pkÏù($¯RÎ)urcqè%Ï»|Ás9ÇÑËÈ
“Dan tanyalah (penduduk) negeri yang Kami
berada disitu, dan kafilah yang Kami datang bersamanya, dan Sesungguhnya Kami
adalah orang-orang yang benar.”(QS. Yusuf: 82).
Yang
dimaksud dengan lafadz قرية bukan makna hakikinya yaitu desa, akan tetapi
orang yang menetap di desa itu, yaitu penduduk desa. Yang dikemukakan adalah
desa tetapi yang dimaksud adalah penduduk desa tersebut.
8. الحالية(Haaliyah)
Menyebutkan tentang
suatu hal yang menempati suatu tempat, namun yang dimaksud adalah tempatnya
itu.
Contoh:
¨bÎ)u#tö/F{$#Å"s9AOÏètRÇËËÈ
“Sesungguhnya orang yang berbakti itu
benar-benar berada dalam kenikmatan yang besar (syurga). “(QS.
Al-Muthoffifin:22).
Kenikmatan
itu tidak dapat ditempati oleh manusia karena kenikmatan itu sesuatu yang
bersifat abstrak. Yang bisa ditempati adalah tempat kenikmatan itu. Maka
penggunaan kata kenikmatan disini adalah majaz, yaitu menyebutkan sesuatu yang
menempati suatu tempat tetapi yang dimaksud suatu tempat tetapi yang dimaksud
adalah tempat itu.[6]
IV.
KESIMPULAN
1. Majaz mursal yaitu penggunaan kata yang
bukan untuk makna sebenarnya karena adanya hubungan antara makna hakiki dan
makna majazi yang tidak serupa dan disertai adanya qorinah yang tidak
memperbolehkan memahami kata tersebut dengan makna aslinya.
2. Macam-macam majaz mursal adalah السببية(Sababiyah), المسببية(Musabbabiyah), الجزئية(Juz’iyyah), الكلية(Kulliyyah), اعتبارماكان(I’tibar ma kaana),
اعتبارما يكون(I’tibar ma yakuunu), المحلية (Mahalliyyah), الحالية(Haaliyah).
V.
PENUTUP
Demikianlah makalah
yang dapat kami paparkan. Tak lupa permohonan maaf kami haturkan atas
kekhilafan-kekhilafan dalam makalah ini. Kritik dan saran sangat kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini pada khususnya, dan makalah selanjutnya pada
umumnya.Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.
[1]Ali Jarim dan
Musthofa Amin, Al Balaghah al Wadihah, (Jakarta: Raudhoh Press, 2007),
hlm. 119.
[2]Ali Jarim dan
Musthofa Amin, Terjemahan Al Balaghah al Wadihah, (Jakarta: Raudhoh
Press, 2007), hlm. 152.
[3]Muhammad Ghufron Zainal ‘Alim, al Balaghah fii ilmil Bayaan,
(Ponorogo: Darussalam, tt), hlm. 57.
[4] Emil
Badi’Yaqub, al Mu’ayyin fi al Balaghah: al Bayan, al Badi’, al Ma’any,
(Beirut: Alam al Kutub, 2000), hlm. 30.
[5]Imam Akhdhori,Jauharul
Maknun, terj, (Surabaya: Al-Hidayah,t.th), hlm.174-175
[6] Mardjoko Idris, Ilmu
balaghah antara al-bayan dan al-badi’, (Yogyakarta: Teras, 2007), hlm.
45-46.
syukran bermanfaat sekali, izin yaa kak
BalasHapusmasuk
BalasHapus