MAKALAH
Disusun
guna memenuhi tugas
Mata
kuliah: Balaghah I
Dosen
pengampu: Mahfudz Shiddiq Lc, M.Ag
Disusun
Oleh:
Iip
Kasipul Qulub 113211025
FAKULTAS ILMU TARBIYAH
DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
I.
PENDAHULUAN
Pada awalnya
struktur ilmu balaghah belumlah lengkap seperti yang kita kenal sekarang.
Setelah mengalami berbagai fase perkembangan dan penyempurnaan akhirnya
disepakati bahwa ilmu ini membahas tiga kajian utama, yaitu ilmu bayan, ma’ani
dan badi’.[1]
Dalam perkembangannya tentunya banyak tokoh-tokoh yang berpengaruh di dalamnya.
Dalam kesempatan kali ini pemakalah akan membahas tentang tokoh-tokoh yang
berpengaruh dalam Ilmu Balaghah.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Siapa saja Tokoh-tokoh Ilmu
Balaghah?
III.
PEMBAHASAN
A.
Tokoh-tokoh
Ilmu Balaghah
Tokoh pertama
yang mengarang buku dalam bidang ilmu bayân adalah Abû Ubaidah dengan kitabnya Majâz
Alquran. Beliau adalah murid al-Khalil. Dalam bidang ilmu ma’âni, kitab I’jâz
Alquran yang dikarang oleh al-Jâhizh merupakan kitab pertama yang membahas
masalah ini. Sedangkan kitab pertama dalam ilmu badî’ adalah karangan Ibn
al-Mu’taz dan Qudâmah bin Ja’far. Pada fase berikutnya, munculah seorang ahli
balâghah yang termashur,beliau adalah Abd al-Qâhir al-Jurzâni yang mengarang
kitab Dalâil al-I‘jâz dalam ilmu ma’âni dan Asrâr al-Balâghah
dalam ilmu bayân. Setelah itu muncullah Sakkâki yang mengarang kitab Miftah
al-Ulûm yang mencakup segala masalah dalam ilmu balâghah.[2]
Berikut tokoh-tokoh balaghah yang berpengaruh dalam pengembangan
ilmu balaghah:
1.
Abu ‘Ubaidah Mu’ammar bin
al-Mutsanna
Abu ‘Ubaidah Mu’ammar bin al-Mutsanna merupakan seorang sastrawan
dan ulama dalam bidang bahasa arab yang berasal dari basra. Dia lahir pada
tahun 110 H dan wafat pada tahun 209 H. Ia merupakan salah satu murid Imam Khalilyang
notabene pakar bahasa arab. Abu Ubaidah merupakan tokoh pertama yang mengarang
buku dalam bidang ilmu bayan dengan kitabnya Majaz al-Quran..
2.
al-Jahizh
al-Jahiz merupakan seorang sastrawan arab yang telah memiliki
karya-karya dalam bidang literatur arab, biologi, zoologi, sejarah, filsafat,
psikologi, teologi mu’tazilah, dan polemik-polemik politik religi.[3]
Beliau wafat pada tahun 255 H. beliau pengarang kita al-Bayan wa at-Tabyin.
3.
Abdullah bin Mu’taz
Abdullah bin Mu’taz merupakan khalifah dikekhalifahan abbasiah.
Beliau betul-betul mendalami dan menekuni dunia sastra, kemudian menyusun kitab
yang bernama al-Badi’. Beliau wafat pada tahun 296 H.[4]
4.
Qudamah bin Ja’far
Qudamah bin Ja’far al-Katib al-Baghdadi merupakan seorang sarjana
arab dan administrator untuk kekhalifahan Abbasiyah. Ketika diawal bekerja nya
beliau seorang nasroni, kemudian masuk islam ketika masa khalifah al-Muktafi
dan pada masanya beliau terkenal memperdalam tentang filsafat dan logika. Dalam
ilmu balaghah beliau menyusun sebuah risalah yang bernama naqdu qudamah. Kitab
ini merupakan kelanjutan dari karangan khalifah Ibnu Mu’taz sekaligus
menyempurnakan istilah-istilah yang dipakai di dalamnya. Beliau wafat pada
tahun 337 H.[5]
5.
Abu Hilal al-Askary
Abu Hilal Hasan bin Abdullah al-Askary merupakan seorang sastrawan
dan penyair berbangsa arab serta salah seorang diantara pakar ilmu balaghah.
Beliau mempunyai lebih dari 10 buah karangan dan beliau juga mengarang kitab
as-shina’ataini dalam bentuk prosa dan sastra.[6]
6.
Abdul Qohir al-Jurjani
Abu Bakar Abdul Qohir bin Abdul Rahman bin Muhammad al-Jurjani
lahir pada tahun 377 H dan wafat pada tahun 471 H atau 474 H. Beliau terkenal
dalam ilmu balaghah dan ilmu bayan, yang penjelasannya tertuang dalam kitabnya
yang bernama Asror al-Balaghah dan Dalail al-Ijaz.
7.
Imam Zamakhsyari
Dia adalah Abul Qasim Mahmud Bin Umar Al-Khawarizmi Az-Zamakhsyari.
Di lahirkan pada 27 Rajab 467 H. Di Zamakhsyar, sebuah perkampungan besar di
kawasan khawarizmi (Turkistan). Dia mulai belajar di negeri sendiri, kemudian
di Bukhara, dan belajar sastra kepada Syeih Mansyur Abi Mudhar. Kemudian pergi
ke Mekkah dan menetap cukup lama sehingga memperoleh julukan Jarullah (Tetangga
Allah). Dan selama tinggan di kota Mekkah itulah dia menulis Al-Kasysyaf ‘An
Haqa’iqit Tanzil Wa ‘Unuyil Aqawil Fi Wujuhit Ta’wil. Dia wafat pada 538 H, di
Jurjaniah khawarizem setelah kembali dari makkah. Beliau termasuk tokoh aliran
Muktazilah yang membela mati-matian madzhabnya. Ia memperkuatnya dengan
kekuatan hujjah yang dimilikinya. Dalam hal ini, imam adz-Dzahabi di dalam
kitabnya “al-Miizaan” (IV:78) berkata, “Ia seorang yang layak (diambil)
haditsnya, tetapi ia seorang penyeru kepada aliran muktazilah, semoga Allah
melindungi kita. Karena itu, berhati-hatilah terhadap kitab Kasysyaaf
karyanya.”[7]
8.
as-Sakaky
Abu Ya’qub Yusuf bin Muhammad bin Ali as-Sakaky atau dikenal dengan
nama as-Sakaky dilahirkan di khawarizm pada tahun 555 H dan wafat pada tahun
626 H. beliau menyusun sebuah karya besar yang menguraikan ilmu balaghah
disamping ilmu-ilmu pengetahuan bahasa arab lainnya. Kitab tersebut dikenal
dengan nama Miftahul Ulum.
Selain
tokoh-tokoh yang disebutkan di atas, masih banyak lagi tokoh yang mempunyai andil
dalam pengembangan ilmu balâghah, yaitu:
1.
Hasan bin Tsabit, beliau seorang
penyair Rasullullah saw. Orang Arab sepakat bahwa ia adalah seorang tokoh
penyair dari kampung. Suatu pendapat menyatakan bahwa ia hidup selama 120
tahun; 60 tahun dalam masa Jahiliyah dan 60 tahun dalam masa keislaman. Ia
meninggal pada tahun 54 H.
2.
Abu-Thayyib, beliau adalah Muhammad
bin al-Husain seorang penyair kondang. Ia mendalami kata-kata bahasa Arab yang
aneh. Syi’irnya sangat indah dan memiliki keistimewaan, bercorak filosofis,
banyak kata-kata kiasannya dan beliau mampu menguraikan rahasia jiwa. Ia
dilahirkan di Kufah, tepatnya di sebuah tempat bernama Kindah pada tahun 303 H,
dan wafat tahun 354 H.
3.
Umru’ al-Qais, ia tokoh penyair
Jahiliyah yang merintis pembagian bab-bab dan macam-macam syi’ir. Ia dilahirkan
pada tahun 130 sebelum Hijriyah. Nenek moyangnya adalah para raja dan bangsawan
Kindah. Ia wafat pada tahun 80 sebelum Hijriyah. Syi’ir-syi’irnya yang pernah
tergantung di Ka’bah sangat masyhur.
4.
Abu Tammam (Habib bin Aus
Ath-Tha’i), ia seorang penyair yang masyhur, satu-satunya orang yang mendalam
pengetahuannya tentang maâni, fashahah al-syâir, dan banyak hafalannya. Ia
wafat di Mosul pada tahun 231 Hijriyah.
5.
Jarir bin Athiyah al-Tamimi, ia
seorang di antara tiga penyair terkemuka pada masa pemerintahan Bani Umayah.
Mereka adalah al-Akhthal, Jarir, dan al- Farazdaq. Dalam beberapa segi ia
melebihi kedua rekannya. Dia wafat pada tahun 110 H.
6.
Al-Buhturi, ia seorang penyair Bani
Abasiyah yang profesional. Ketika Abu al- ‘A’la al-Ma’arri ditanya tentang
al-Buhtury dia berkata, “Siapakah yang ahli syi’ir di antara tiga orang ini,
Abu Tammam, al-Buhturi, ataukah al- Mutanabbi?” Ia menjawab, “Abu Tamam dan
al-Mutanabbi keduanya adalah para pilosof; sedangkan yang penyair adalah
al-Buhturi”. Dia lahir di Manbaj dan wafat di sana pada tahun 284 H.”
7.
Saif al-Daulah, ia adalah Abu
al-Hasan Ali bin Abdullah bin Hamdan, raja Halab yang sangat cinta syi’ir.
Lahir tahun 303, wafat tahun 356.
8.
Ibnu Waki’, ia seorang penyair ulung
dari Baghdad. Lahir di Mesir dan wafat di sana pada tahun 393 H.
9.
Ibn Khayyath, ia seorang penyair
dari Damaskus. Ia telah menjelajahi beberapa negara dan banyak mendapatkan
pujian dari masyarakat yang mengenalnya. Ia sangat masyhur, karena
karya-karyanya khususnya pada buku-buku syi’ir yang sangat populer. Ia wafat
pada tahun 517 H.
10. Al-Ma’arri,
ia adalah Abu al-‘Ala’ al-Ma’arri. Dia seorang sastrawan, pilosof dan penyair
masyhur, lahir di Ma’arrah (kota kecil di Syam). Matanya buta karena sakit
cacar ketika berusia empat tahun. Dia meninggal di Ma’arrah pada tahun 449 H.
11. Ibn
Ta’awidzi, ia adalah penyair dan sastrawan Sibth bin at-Ta’awidzi. Wafat di
Baghdad pada tahun 584 H, dan sebelumnya buta selama lima tahun.
12. Abu
Fath Kusyajin, ia seorang penyair profesional dan terbilang sebagai pakar
sastra. Ia cukup lama menetap di Mesir dan berhasil mengharumkan negeri itu.
Dia wafat pada tahun 330 H.
13. Ibn
Khafajah, ia seorang penyair dari Andalus. Ia tidak mengharapkan kemurahan para
raja sekalipun mereka menyukai sastra dan para sastrawan. Ia wafat pada tahun
533 H.
14. Muslim
bin al-Walid, ia dijuluki dengan Shari’ al-Ghawani. Ia seorang penyair
profesional dari dinasti Abbasiyah. Ia adalah orang yang pertama kali
menggantungkan syi’irnya kepada Badî’. Dia wafat pada tahun 208 H.
15. Abu
al-‘Atahiyah, ia adalah Ishaq bin Ismail bin al-Qasim, lahir di Kufah pada
tahun 130 H. Syi’irnya mudah di pahami, padat dan tidak banyak mengada-ada.
Kebanyakan syi’irnya tentang zuhud dan peribahasa. Dia wafat pada tahun 211 H.
16. Ibn
Nabih, ia seorang penyair dan penulis dari Mesir. Ia memuji Ayyubiyyin dan
menangani sebuah karya sastra berbentuk prosa buat Raja al-Asyraf Musa. Ia
pindah ke Mishshibin dan wafat di sana pada tahun 619 H.
17. Basysyar
bin Burd, ia seorang penyair masyhur. Para periwayat menilainya sebagai seorang
penyair yang modern lagi indah. Ia penyair dua zaman, Bani Umayah dan Bani
Abasiyah. Dia wafat pada tahun 167 H.
18. Al-Nabighah
Al-Dzubyani, ia adalah seorang penyair Jahiliyah. Ia dinamai Nabighah karena
kejeniusannya dalam bidang syi’ir. Ia dinilai oleh Abd al- Malik bin Marwan
sebagai seorang Arab yang paling mahir bersyi’ir. Ia adalah penyair khusus Raja
Nu’man Ibn al-Mundzir. Di zaman Jahiliyah, ia mempunyai kemah merah khusus
untuknya di pasar tahunan Ukash. Para penyair lain berdatangan kepadanya, lalu
mereka mendendangkan syi’irsyi’irnya untuk ia nilai. Ia wafat sebelum kerasulan
Muhammad saw.
19. Abu
al-Hasan al-Anbari, ia seorang penyair kondang yang hidup di Baghdad. Ia wafat
pada tahun 328 H. Ia terkenal dengan ratapannya kepada Abu Thahirbin Baqiyah,
patih ‘Izz al-Daulah, ketika ia dihukum mati dan tubuhnyadisalib. Maratsi-nya
(ratapannya) itu merupakan maratsi yang paling jarangmengenai orang yang mati
disalib. Karena ketinggiannya, Izzud Daulahsendiri memerintahkan agar dia
disalib. Dan seandainya ia sendiri yangdisalib, lalu dibuatkan maratsi tersebut
untuknya.
20. Syarif
Ridha, ia adalah Abu al-Hasan Muhammad yang nasabnya sampaikepada Husain bin
Ali as. Ia seorang yang berwibawa dan menjaga kesuciandirinya. Ia disebut
sebagai tokoh syi’ir Quraisy karena orang yang pintar di antara mereka tidak
banyak karyanya, dan orang yang banyak karyanya tidak pintar, sedangkan ia
menguasai keduanya. Ia lahir di Baghdad dan wafat di sana pada tahun 406 H.
21. Said
bin Hasyim al-Khalidi, ia seorang penyair keturunan Abdul Qais. Kekuatan
hafalannya sangat mengagumkan. Ia banyak menulis buku-buku sastra dan syi’ir.
Ia wafat pada tahun 400 H.
22. Antarah,
ia adalah seorang penyair periode pertama. Ibunya berkebangsaan Ethiopia. Ia
terkenal berani dan menonjol. Ia wafat tujuh tahun sebelum kerasulan Muhammad.
23. Ibnu
Sinan al-Kahfaji, ia adalah seorang penyair dan sastrawan yang berpendirian
syi’ah. Ia diangkat menjadi wali pada salah satu benteng di Halab oleh Raja
Mahmud bin Saleh, tetapi ia memberontak terhadap raja. Akhirnya ia mati diracun
pada tahun 466 H.
24. Ibnu
Nubatah Al-Sa’di, ia adalah Abu Nashr Abd al-Aziz, seorang penyair ulung yang
sangat lihai dalam merangkai dan memilih kata. Ia wafat pada tahun 405 H.[8]
IV.
PENUTUP
Kita tidak mampu mengenal tokoh-tokoh besar dalam
bidang yang hidup
berabad-abad sebelum kita kecuali hanya melalui karyanya. Hal serupa yang
pemakalah rasakan dalam mempelajari perihal tokoh-tokoh balaghah ini, kalau
bukan dari karya yang diwariskan oleh para pendahulu kita, maka kita tidak akan
mengenalnya.
Demikian makalah yang Saya
sampaikan. Dengan harapan semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak. Saya
menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu,
kritik dan saran sangat diperlukan demi kemaslahatan kita semua. Dan semoga
kita bisa mengambil hikmahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dief, Syauqi, al-Balaghah Tathawwur wa Tarikh, Kairo: Darul
Ma’arif, Tth.
Zaenuddin, Mamat, Pengantar Ilmu Balaghah, Bandung: PT
Refika Aditama, 2007.
http://finarga.blogspot.com/2010/08/nama-biografi-singkah-tokoh-islam.html
http://id.wikipedia.org/wiki/
[1]Mamat
Zaenuddin, Pengantar Ilmu Balaghah, (Bandung: PT Refika Aditama, 2007),
hlm. 3.
[2]Mamat
Zaenuddin, Pengantar Ilmu Balaghah, (Bandung: PT Refika Aditama, 2007),
hlm. 3.
[3]
http://id.wikipedia.org/wiki/Al_Jahiz
[4]
http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_al-Mu'tazz
[5] Syauqi Dief, al-Balaghah
Tathawwur wa Tarikh, (Mesir: Darul Maarif, Tth), hlm. 78.
[6]
http://finarga.blogspot.com/2010/08/nama-biografi-singkah-tokoh-islam.html
[7]
http://islami90.blogspot.com/2011/07/biografi-az-zamakhsyari-by.html
[8]Mamat
Zaenuddin, Pengantar Ilmu Balaghah, hlm. 3-6.
syukron katsiron
BalasHapus