Minggu, 22 November 2015

HAKEKAT PEKERJAAN DAN KETERAMPILAN MANAJERIAL

Makalah
Disusun guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Dasar-dasar Manajemen Pendidikan
Dosen Pengampu: Fatkuroji, M.Pd.






Disusun oleh:
Iip Kasipul Qulub      113211025
Khoirun Ni’am           113211026
Lia Diah Fitantri        113211027


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012



I.                   PENDAHULUAN
Manusia sebagai manajer di manapun tidak luput dari sebuah wadah untuk melakukan kegiatan atau yang disebut organisasi. Organisasi dapat berupa lembaga pendidikan, baik formal maupun nonformal. Organisasi tidak akan ada tanpa ada manusia.
Sumber-sumber pendidikan itu mencakup orang-orang, uang, bahan pelajaran, media pendidikan, prasarana, sarana, dan informasi. Sumber-sumber ini tidak selalu tersedia dan berada pada organisasi atau lembaga pendidikan. Melainkan sering bertebaran ada di sana-sini. Keadaan seperti ini perlu ditata oleh para manajer agar dapat dimanfaatkan secara optimal oleh lembaga. Untuk maksud itu para manajer membutuhkan ketrampilan-ketrampilan tertentu.[1]
Dalam makalah ini, akan kita bahas mengenai Hakekat pekerjaan dan Keterampilan Manajerial.

II.                RUMUSAN MASALAH
1.   Apa pengertian Pekerjaan dan Manajer?
2.   Apa saja Peran Manajer?
3.   Apa saja Keterampilan yang harus dimiliki Manajer?

III.             PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pekerjaan dan Manajer
Kerja merupakan kegiatan dalam melakukan sesuatu dan orang yang kerja ada kaitannya dengan mencari nafkah atau bertujuan untuk mendapatkan imbalan atas prestasi yang telah diberikan atas kepentingan organisasi. Prestasi kerja atau penampilan kerja (Performance) diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap dan keterampilan motivasi dalam menghasilkan sesuatu. Masalah kerja selalu mendapatkan perhatian dalam manajemen karena berkaitan dengan produktivitas organisasi.
Pada hakikatnya orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan atas dorongan atau motivasi tertentu. Kebutuhan dipandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku, sedangkan tujuan berfungsi untuk mengarahkan perilaku. Proses motivasi sebagian besar diarahkan untuk memenuhi dan mencapai kebutuhan.[2]
Secara umum Manajer berarti setiap orang yang mempunyai tanggung jawab atas bawahan dan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya.[3] Sedangkan menurut Drs. Moekijat mengatakan Manajer adalah seseorang yang pekerjaannya memerlukan dia untuk merencanakan, mengorganisasi, memberi motivasi, dan mengawasi pekerjaan dari orang-orang lain.[4]
Seorang Manajer adalah seorang yang diberi wewenang formal oleh organisasi formal tertentu, untuk membawahi sejumlah bawahan, untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi tersebut, melalui penerapan macam-macam fungsi manajemen, seperti misalnya perencanaan, pengorganisasian, pengisian jabatan-jabatan yang tersedia, memimpin dan menggerakan dan melaksanakan pengawasan performa bawahan tersebut.[5]
Tingkatan manajemen dalam organisasi akan membagi manajer menjadi tiga golongan yang berbeda,[6] yaitu:
1.      Manajer lini, tingkatan rendah dalam suatu organisasi yang memimpin dan mengawasi tenaga-tenaga operasional, disebut manajemen lini atau garis pertama. Para manajer ini sering disebut kepala atau pimpinan, mandor, dan penyelia (supervisor). Sebagai contoh mandor dalam pabrik, kepala seksi yang langsung membawahi tenaga pengetik dan pembukuan dalam kantor yang besar, dan penyelia teknik dalam suatu departemen riset.
2.      Manajer menengah. Manajemen menengah dapat meliputi beberapa tingkatan dalam suatu organisasi. Para manajer menengah membawahi dan mengarahkan kegiatan-kegiatan para manajer lainnya dan kadang-kadang juga karyawan operasional. Sebutan lain bagi manajer menengah adalah manajer departemen, kepala pengawas dan sebagainya. Sebagai contoh kepala bagian yang membawahi beberapa kepala seksi, atau kepala sub divisi perusahaan yang membawahi beberapa kepala bagian.
3.      Manajer puncak. Klasifikasi manajer tertinggi ini terdiri dari sekelompok kecil eksekutif. Manajer puncak bertanggung jawab atas keseluruhan manajemen organisasi. Sebutan khas bagi manajer puncak adalah direktur, presiden, kepala divisi, wakil presiden senior dan sebagainya.
B.     Peran Manajer
Peranan manajer muncul karena adanya pemberian otoritas otomatis formal berupa surat keputusan kepada seseorang sekaligus dengan status dan kedudukannya. Untuk melaksanakan otoritas formal dan statusnya, setiap manajer minimal mempunyai tiga peranan, yaitu sebagai interpersonal, informasional, dan pengambilan keputusan.
1.      Peranan Interpersonal
           Peranan interpersonal meliputi kepala sekolah/madrasah sebagai: lambang atau simbol (figure art), Kepala sekolah/madrasah sebagai lambang, ia mewakili sekolah/madrasanya dalam menghadiri acara-acara seremonial, baik resmi maupun tidak resmi seperti upacara-upacara resmi di sekolah atau madrasah dan pemerintah/swasta.
           Sebagai pemimpin (leader), ia memainkan peranannya sebagai pemimpin, yaitu memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/madrasah secara optimal.
           Sebagai  penghubung (liaison).
2.      Peranan informasional
           Peranan informasional meliputi: monitor (mencari informasi), ia mencari informasi di dalam dan di luar sekolah/madrasah secara konstan. Informasi diperoleh antara lain melalui kontak-kontak jaringan kerja, membaca buku dan hasil penelitian, membaca koran, dan memanfaatkan internet.
           Sebagai disseminator (mendistribusikan informasi), ia mendistribusikan informasi-informasi penting kepada pendidik dan tenaga kependidikan, orang tua didik, anggota komite sekolah/madrasah, dewan sekolah/madrasah, aparatur pemerintah, dan masyarakat.
           Sebagai spokesperson, ia bagaikan seorang diplomat. Sebagai seorang diplomat sebagai seorang diplomat ia harus mampu berbicara dengan penuh diplomasi dan mampu  membuat pendengarnya terpesona dan siap melaksanakan yang ia bicarakan.


3.      Pengambilan Keputusan (decisional)
           Peranan decisional meliputi: enterpreuner, disturbance,  resource allocator dan negotiator. Kepala sekolah/madrasah sebagai enterpreuner, ia kreatif dan inovatif dalam mengembangkan sekolah/madrasahnya dengan menciptakan produk/jasa pendidikan.[7]
C.    Keterampilan Manajer
Ada tiga macam keterampilan manajer yaitu keterampilan konsep, keterampilan kemanusiaan, dan keterampilan teknik. Keterampilan konsep ialah keterampilan untuk memahami dan mengoperasikan organisasi, sedangkan keterampilan manusiawi adalah keterampilan untuk bekerja sama, memotivasi, dan mengarahkan, sementara itu keterampilan teknik ialah keterampilan dalam menggunakan pengetahuan, metode, teknik, dan perlengkapan untuk menyelesaikan tugas tertentu.[8]
1.      Keterampilan konsep
Untuk memiliki ketrampilan manajer terutama keterampilan konsep, para manajer tertinggi (top manajer) diharapkan:
a.   Selalu belajar dari pekerjaan sehari-hari terutama dari cara kerja para bawahan.
b.   Melakukan observasi secara terencana tentang kegiatan manajemen.
c.   Banyak membaca tentang hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan.
d.   Memanfaatkan hasil-hasil penelitian orang lain
e.   Berfikir untuk masa yang akan datang, dan
f.    Merumuskan ide-ide yang dapat di uji-cobakan
Ada dua macam strategi ialah strategi umum dan strategi khusus. Strategi umum bisa berupa salah satu dari upaya mempertahankan stabilitas, pengembangan, pemotongan/pengurangan, atau kombinasi dari ketiganya. Sedangkan strategi khusus ialah bergerak dalam segi layanan/produksi, proses, pemasaran/pemakaian lulusan, dan keuangan.
Dalam strategi khusus ialah bermaksud membuat para pelaksana pendidikan memanfaatkan kompetensinya secara maksimal sesuai dengan fasilitas-fasilitas yang dapat disediakan oleh lembaga. Mencakup usaha melakukan penampilan yang terbaik dalam melayani kebutuhan siswa/mahasiswa, membimbing mereka belajar, mengusahakan agar mereka dapat meneruskan studi atau segera dapat bekerja, dan bagaimana mencari sumber-sumber dana yang baru serta bagaimana memakai dana secara efisien.[9]
2.      Keterampilan kemanusiaan
Hampir ketiga tingkat manajer harus menguasai ketrampilan manusiawi, walaupun diharapkan yang paling terampil adalah para manajer madya (middle management), sebab ketganya menghadapi manusia. Ketrampilan manusiawi pada hakikatnya merupakan kemampuan untuk mengadakan kontak hubungan kerja sama secara optimal kepada orang-orang yang diajak bekerja dengan memperhatikan kodrat dan harkatnya sebagai manusia.
Tujuan mengadakan antar hubngan kerja sama dengan para bawahan dalam suatu organisasi iaah agar para bawahan itu dapat memanfaatkan potensinya secara optimal dalam bekerja demi kepentingan organisasi dan para anggotanya. Di Indonesia  dalam masa pembangunan ini, para petugas pendidikan diharapkan dapat menjadi pejuang-pejuang pembangunan yang gigih.
Seorang petugas pendidikan akan biasa menjadi pejuang pembangunan atau akan meningkatkan perjuangan sebagian besar bergantung kepada kemampuan manajer menggerakkan motivasinya. Oleh sebab itu, sebenarnya manusia itu bias diatur atau bias diajak berunding untuk mengatur diri bersama. Kuncinya adalah bagaimana para manajer menangani mereka sebagai bawahan agar dedikasi dan perjuangan mereka semakin menningkat dalam pendidikan.[10]
3.      Keterampilan teknik
Ketrampilan teknik sebagian besar perlu dikuasai oleh manajer terdepan. Sebab para manajer terdepan (low management) berhadapan langsung dengan para petugas pendidikan terutama para pengajar. Para manajer terdepan sekaligus bertindak sebagai supervisor, yang berkewajiban membina dan membimbing para pengajar agar mapu mengajar dengan sebaik mungkin. Dalam kesempatan yang sama mereka juga berkewajiban mengontrol cara kerja para pengajar.
Supaya dapat membimbing dan mengontrol secara betul, maka para manajer terdepan perlu paham akan teknik-teknik yang dipakai dalam memproses siswa/mahasiswa sejak mulai belajar di lembaga itu sampai lulus. Teknik-teknik ini pada garis besarnya dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu teknik yang berkaitan dengan proses belajar mengajar dan teknik ketatausahaan.
Pada kelompok teknik pertama anta lain mencakup teknik mengatur lingkungan belajar dan media pendidikan, menyusun bahan pelajaran, mengatur suasana kelas, membimbing siswa/mahasiswa belajar, konseling, menyusun tugas-tugas berstruktur dan mandiri, cara membuat alat ukur dan cara menilai. Sedangkan kelompok teknik yang kedua antara lain mencakup ketatausahaan pengajaran, kesiswaan/mahasiswa, kepegawaian/personalia, keuangan, perlengkapan, dan sebagainya.[11]

IV.             KESIMPULAN
Kerja merupakan kegiatan dalam melakukan sesuatu dan orang yang kerja ada kaitannya dengan mencarai nafkah atau bertujuan untuk mendapatkan imbalan atas prestasi yang telah diberikan atas kepentingan organisasi.
Secara umum Manajer berarti setiap orang yang mempunyai tanggung jawab atas bawahan dan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya.
Tingkatan manajemen dalam organisasi akan membagi manajer menjadi tiga golongan yang berbeda, yaitu: Manajer lini, Manajer menengah, dan Manajer puncak.
Peran manajer terbagi menjadi tiga peran besar yaitu; interpersonal, informational, dan pengambilan keputusan.
keterampilan yang harus dimiliki oleh manajer yaitu keterampilan konsep, keterampilan kemanusiaan, dan keterampilan teknik.



V.                PENUTUP
Demikian makalah ini penulis buat. Apabila dalam makalah ini ada kesalahan dan kekurangan mohon dimaafkan, karena penulis manusia biasa yang bisa salah dan lupa. Penulis meminta kritik dan saran untuk perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membacanya.



DAFTAR PUSTAKA

Fattah, Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.
Handoko, T. Hani, Manajemen, Yogyakarta: BPFE, 2009.
Permadi, K., Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Manajemen, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996.
Pidarta, Made, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: PT Bina Aksara, 1988.
Usman, Husaini, Manajemen: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006.
Winardi, J., Manajemen Perilaku Organisasi, Jakarta: Prenada Media Group, 2009.



[1]Made Pidarta Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hlm. 217.  
[2]Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 19.  
[3]T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE, 2009), hlm. 17.
[4]K. Permadi, Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Manajemen, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hlm. 20.
[5]J. Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), hlm. 2.
[6]T. Hani Handoko, Op.Cit.,  hlm. 17-18.
[7]Husaini Usman, Manajemen: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 17-21.
[8]Made Pidarta, Op.Cit., hlm. 217.
[9]Made Pidarta, Op.Cit., hlm. 207.
[10]Made Pidarta, Op.Cit., hlm. 218.
[11]Made Pidarta, Op.Cit., hlm. 230-231.

0 komentar :

Posting Komentar