Minggu, 22 November 2015


PENDEKATAN TES BAHASA

MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah: Evaluasi Pembelajaran
Dosen pengampu: Naifah, S. Pd., M. S.I







Disusun oleh :
Muhammad Chafid     113211037
Nur Rinayanti             113211038
Robi’atul Adawiyah   113211038

                       

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM  NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
           
I.  PENDAHULUAN
       Evaluasi merupakan bagian dari kegiatan kehidupan manusia sehari-hari. Disadari atau tidak, orang sering melakukan evaluasi, baik terhadap dirinya sendiri, orang lain maupun lingkungannya. Demikian pula halnya dalam dunia pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan khususnya tujuan pembelajaran tersebut maka perlu adanya evaluasi.
       Keberhasilan proses belajar mengajar di kelas dapat dilihat dari sejauh mana penguasaan kompetensi yang telah dikuasai oleh seluruh siswa di kelas itu. Pada dasarnya hasil belajar siswa dapat dinyatakan dalam tiga aspek, yang biasa disebut dengan domain atau ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
       Dalam  proses  pengajaran, tes merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui  tercapai atau tidaknya suatu standar kompetensi yang telah dipelajari oleh siswa di  setiap pembelajaran. Hal tersebut senada dengan pendapat ahli yang mengatakan bahwa tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah  ditentukan.
       Tes bahasa dan pengajaran bahasa merupakan dua kegiatan yang berhubungan secara erat. Yang pertama merupakan bagian dari yang kedua. Tes bahasa dirancang dan dilaksanakan untuk memperoleh informasi mengenai hal ihwal yang berkaitan dengan keefektifan pengajaran bahasa yang dilakukan.

II. RUMUSAN MASALAH
1. Apa  pengertian tes bahasa?
2. Apa saja macam-macam pendekatan tes bahasa?

III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Tes Bahasa
                        R.L. Ebel dan D.A. Frisbie dalam bukunya Essentials of Educational Measurement mengungkapkan, “ Test is a measure containing a set of questions, each of which can be said have a correct answer”. Sedangkan G. Sax dalam bukunya Principles of Educational and Psychological Measurement and Evaluation mengungkapkan, “ Any planned procedur or series  of tasks used toobtain observation”.
                        Dari definisi di atas dapat disimpulkan tes adalah suatu pertanyaan atau tugas yang terencana untuk memperoleh informasi tentang objek atau sasaran tes yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar.  Tes bahasa adalah suatu alat atau prosedur yang digunakan dalam melakukan penilaian dan evaluasi pada umumnya terhadap kemampuan bahasa dengan melakukan pengukuran terhadap kemampuan bahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Sedangkan Menurut Djiwandono (2008:12), tes bahasa adalah suatu alat atau prosedur yang digunakan dalam melakukan penilaian dan evaluasi pada umumnya terhadap kemampuan bahasa dengan melakukan pengukuran terhadap kemampuan bahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.[1]

B. Macam-Macam Pendekatan Tes Bahasa
                        Tes bahasa dalam kedudukannya memiliki kaitan yang amat erat dengan komponen-komponen lain dalam penyelenggaraan pembelajaran bahasa, terutama komponen  pembelajaran  yang  mendasarinya  yaitu  kegiatan  pembelajaran.  Hal serupa berlaku pula pada tujuan pembelajaran untuk menyelenggarankan pembelajaran dengan seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran untuk mengetahui tingkat keberhasil an dilakukan evaluasi atau tes bahasa dengan melihat keempat kemampuan bahasa. Ketiga komponen itu berkaitan satu sama lain.
                        Secara umum pendekatan terhadap bahasa yang akan menentukan dan mendasari dalam menyelenggarakan pendekatan pembelajaran bahasa. Pendekatan pembelajaran bahasa menentukan pendekatan dalam menyelenggarakan tes bahasa berdasarkan keempat kemampuan bahasa. Penyelenggaraan tes bahasa tergantung pada sudut pandang dan unsur yang dianggap penting oleh para ahli. [2]
                        Menurut Djiwandono Perbedaan itu dikelompokkan dalam lima bentuk diantaranya :
1) Pendekatan Tradisional
        Pendekatan tradisional adalah istilah yang dipergunakan untuk mengacu pada perencanaan dan pelaksanaan. Tes bahasa yang cenderung mengadopsi prinsip bahwa tes bahasa  dititikberatkan pada tes tatabahasa dan terjemahan. Latar belakangnya  adalah adanya pengaruh mainstream pengajaran bahasa yang  dikenal dengan sebutan metode tatabahasa-terjemahan (grammar translation method). Metode ini, seperti yang dikemukakan oleh Richards dan Rogers (1988:3-4), memiliki prinsip-prinsip pengajaran antara lain:
a.     Mempelajari bahasa asing adalah mempelajari   bahasa dengan tujuan agar dapat membaca kesusasteraannya;
b.  Membaca dan menulis adalah fokus utama pengajaran, ketepatan dalam      penerjemahan sangat ditekankan, dan
c.  Tata bahasa harus diajarkan secara deduktif, yakni beranjak dari kaidah-kaidah      lalu menuju pada contoh-contoh ilustrasinya.
     Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, maka pendekatan  tes bahasa yang berkembang pada saat itu  mengisyaratkan pemakaian karya sastra. Karya sastra dalam hal ini dianggap merupakan pemakaian bahasa yang ideal dari penuturnya sehingga  evaluasi terhadap penguasaan bahasa seseorang dengan menggunakan tes bahasa dilakukan dengan menggunakan teks karya sastra. Kemudian bentuk tes bahasa yang dikembangkan adalah  penerjemahan dan atau penulisan esai. Dalam perkembangannya, tes bahasa dengan prinsip-prinsip, model, dan karakter seperti ini disebut pendekatan esai dan  terjemahan.[3]
Contoh: Seorang guru membacakan kitab muridnya, kemudian murid mendengarkan dan memahami apa yang dibaca oleh guru. Dalam pendekatan tradisional tidak ada komponen-komponen bahasa yang digunakan.
2) Pendekatan Diskret
        Pendekatan diskret dalam tes bahasa didasarkan atas paham linguistik struktural yang menganggap bahasa sebagai sesuatu yang terdiri dari bagian-bagian yang tertata menurut struktur tertentu. Dalam penggunaan tes pendekatan diskret, tes ditujukan untuk mengukur hanya satu unsur dari komponen bahasa. Tes pendekatan diskret diterapkan atas dasar pemahaman konvensional terhadap bahasa yang terdiri dari empat kemampuan bahasa dan empat komponen bahasa.
Contoh: membedakan satu bunyi bahasa dari bunyi bahasa yang lain, melafalkan bunyi bahasa tertentu dan menyebutkan lawan kata dari kata tertentu.
Membedakan bunyi, sin (س) dan syin (ش), untuk komponen bahasa “bunyi”.
Menyebutkan lawan kata, Miskin >< kaya, untuk komponen bahasa “kosakata”.
3) Pendekatan Integratif,
        Pendekatan integratif yang diterapkan pada tes integratif juga berdasarkan pada paham linguistik struktural dengan rincian bahasa ke dalam kemampuan dan komponen bahasa dan unsur-unsurnya yang dapat dipisah. Meskipun demikian pendekatan tes integratif tidak selalu tampil secara terpisah-pisah dapat juga dalam gabungan (integrasi) antara satu unsur dengan satu atau lebih unsur bahasa lainnya. Dengan kata lain, tes integratif mengukur tingkat penguasaan terhadap gabungan dari dua atau lebih unsur bahasa.
Contoh:       Pengusaha itu miskin              ­­à        pengusaha itu kaya
                    Pengamen itu kaya                              pengamen itu miskin
                                (salah)                                                  (benar)
4) Pendekatan Pragmatik
        Pendekatan pragmatik pada tes pragmatik berkaitan dengan kemampuan untuk memahami suatu teks atau wacana. Pemahaman tidak terbatas pada bentuk dan struktur kalimat, frasa dan kata dan unsur yang digunakan dalam teks atau wacana.           Pemahaman lebih jauh diperoleh melalui konteks ekstra linguistik, yaitu aspek pemahaman bahasa di luar apa yang diungkapkan melalui bahasa dan meliputi segala sesuatu dalam bentuk kejadian, pikiran, perasaan, persepsi, ingatan dan lain-lain. Pendekatan pragmatik biasanya ditandai dengan adanya tugas memahami wacana, melalui unsur-unsur kebahasaan yang digunakan secara wajar, termasuk adanya berbagai kendala didalamnya.
Contoh: membuat kalimat bahasa arab sesuai dengan qaidah nahwu dan sharaf.
5) Pendekatan Komunikatif
        Pendekatan komunikatif dikaitkan dengan tes bahasa tentang konteks ekstra linguistik seperti pendekatan pragmatik, namun cakupan yang lebih lengkap dan lebih luas, karena bertitik tolak dari komunikasi sebagai fungsi utama dalam penggunaan bahasa. Peranan dan pengaruh unsur-unsur non-kebahasaan yang lebih ditekankan pendekatan ini. Kemampuan komunikasi berkaitan dengan penguasaan terhadap tiga komponen utama, yaitu:
a. Kemampuan bahasa (language competence) meliputi struktur, kosakata, makna.
b.    Kemampuan strategis (strategic competence) yaitu kemampuan untuk menerapkan dan memanfaatkan komponen-komponen kemampuan bahasa dalam berkomunikasi lewat bahasa.
c.    Mekanisme psiko-fisiologis, yaitu proses psikis dan neurologis yang digunakan dalam berkomunikasi lewat bahasa. Secara singkat kemampuan komunikatif sebagai kemampuan yang digunakan untuk menggunakan bahasa sesuai dengan situasi nyata, baik secara reseptif maupun secara produktif (ability to use language appropriately, both receptively and productively, in real situations).[4]
Contoh: setelah mengetahui tata bahasa tertentu, siswa dapat mempraktekkannya dalam situasi keadaan nyata. Misal: berbicara bahasa arab sesuai dengan qaidah nahwu dan sharaf dalam kehidupan sehari-harinya.

IV. PENUTUP
A.  KESIMPULAN
                        Tes bahasa adalah suatu alat atau prosedur yang digunakan dalam melakukan penilaian dan evaluasi pada umumnya terhadap kemampuan bahasa dengan melakukan pengukuran terhadap kemampuan bahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
                 Macam-macam tes bahasa ada lima, antara lain:
1.    Pendekatan tradisional
Tes bahasa yang cenderung mengadopsi prinsip bahwa tes bahasa  dititikberatkan pada tes tatabahasa dan terjemahan.
2.    Pendekatan diskret
Tes pendekatan diskret, tes ditujukan untuk mengukur hanya satu unsur dari komponen bahasa.
3.    Pendekatan integrative
Tes integratif mengukur tingkat penguasaan terhadap gabungan dari dua atau lebih unsur bahasa.
4.    Pendekatan pragmatik
Pendekatan paragmatik biasanya ditandai dengan adanya tugas memahami wacana, melalui unsur-unsur kebahasaan yang digunakan secara wajar, termasuk adanya berbagai kendala didalamnya.
5.    Pendekatan komunikatif
Kemampuan komunikasi berkaitan dengan penguasaan terhadap tiga komponen utama, yaitu kemampuan bahasa, kemampuan strategis dan mekanisme psiko-fisiologi.


B.  PENUTUP
                        Demikianlah makalah yang kami susun, kurang lebihnya kami minta ma’af, kami merasa bahwa di dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, maka kami pemakalah berharap kritik dan saran yang membangun dan bermanfa’at, agar mewujudkan makalah yang lebih baik dan sempurna.





DAFTAR PUSTAKA

M. Soenardji Djiwandono, Tes Bahasa Dalam Pengajaran, Bandung: Penerbit ITB, 1996.


0 komentar :

Posting Komentar