OBJEK PENILAIAN HASIL BELAJAR
MAKALAH
Disusun guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Evaluasi Pembelajaran
Dosen Pengampu: Naifah, S.Pd.I., M.S.I.
Disusun oleh:
Laely Zulfa 113211007
M. Ulil Abshor 113211008
Siti Munadhiroh 113211011
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
I.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan sebuah program, program
melibatkan sejumlah komponen yang bekerja sama dalam sebuah proses untuk
mencapai tujuan yang diprogramkan. Sebagai sebuah program, pendidikan merupakan
aktivitas sadar dan sengaja yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan.
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa evaluasi
merupakan proses yang terdiri dari pengukuran dan penilaian. Evaluasi dilakukan
untuk mengetahui apakah penyelenggaraan program dapat mencapai tujuannya secara
efektif dan efisien. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan
peserta didik dalam menyerap materi yang telah dipelajari dan untuk mengetahui
tingkat kemampuan pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran.
Penilaian sendiri berarti pengambilan
keputusan berdasarkan hasil pengukuran dan kriteria tertentu. Pengambilan
keputusan belum dapat dilakukan hanya atas dasar hasil pengukuran. Hasil
pengukuran baru mempunyai makna dan dapat digunakan untuk mengambil keputusan
setelah dibandingkan dengan kriteria tertentu. Dimana ada objek, pasti akan ada
objek. Begitu pula dalamevaluasi, di samping adanya subjek evaluasi, pasti
terdapat sasaran atau objek yang menjadi titik pusat pengamatan. Oleh karena
itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang objek atau sasaran evaluasi beserta
klasifikasinya.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Apa yang dimaksud dengan objek penilaian
hasil belajar?
B. Apa saja klasifikasi objek penilaian hasil belajar?
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Objek Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar adalah keseluruhan
kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi, pengolahan, penafsiran)
dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang
dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.[1]
Jadi, objek penilaian hasil belajar adalah segala
sesuatu yang menjadi sasaran penilaian hasil belajar. Objek penilaian hasil
belajar dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi titik pusat
pengamatan karena penilai menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut.[2]
B. Klasifikasi Objek Penilaian Hasil Belajar
Objek penilaian hasil belajar penting diketahui agar memudahkan
guru dalam menyusun alat evaluasinya. Objek penilaian tersebut dibagi menjadi 3
ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga sasaran tersebut harus
dievaluasi secara menyeluruh, artinya jangan hanya menilai segi penguasan
materi semata, tetapi juga harus menilai segi perubahan tingkah laku dan proses
mengajar dan belajar itu sendiri secara adil.[3]
1. Ranah kognitif (النّاحية الفكريّة)
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk
dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif terdapat enam jenjang proses
berfikir, di antaranya:
a.
Pengetahuan/hafalan/ingatan
(knowledge)
Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk
mengingat-ingat kembali atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide,
gejala, rumus-rumus dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk
menggunakannya.
b.
Pemahaman
(comprehension)
Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk
mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.
Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan
penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan
menggunakan kata-katanya sendiri.[4]
Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga
kategori yaitu:
1)
Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan,
mulai dari terjemahan dalam arti yang sebenarnya, misalnya dari bahasa Arab ke
dalam bahasa Indonesia.
2)
Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran,
yakni menghubungkan bagian-bagian
terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menhubungkan beberapa bagian
dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang tidak pokok.
3)
Tingkat ketiga atau tingkat tertinggi,
pemahaman ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat
di balik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat
memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.[5]
c.
Penerapan
(application)
Penerapan (application) adalah kesanggupan seseorang untuk
menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode,
prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru
dan konkret.
d.
Analisis
(analysis)
Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci
atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih
kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor
yang satu dengan faktor-faktor lainnya.[6]
Dengan analisis diharapkan seseorang mempunyai
pemahaman yang komprehensif dan dapat memilahkan integritas menjadi
bagian-bagian yang tetap terpadu, untuk beberapa hal memahami prosesnya, untuk
hal lain memahamicarabekerjanya,untukhal yang lain lagi memahamisistematikannya.[7]
e.
Sintesis
(synthesis)
Sintesis (synthesis) adalah suatu proses yang memadukan
bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu
pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru.[8]
Analisis diartikan sebagai memecah integritas
menjadi bagian-bagian. Sedangkan sintesis adalah menyatukan unsur-unsur menjadi
integritas. Berpikir sintesis adalah salah satu terminal untuk menjadikan orang
lebih kreatif. Berpikir kreatif merupakan salah satu hasil yang hendak dicapai
dalam pendidikan.[9]
f.
Penilaian/pengahragaaan/evaluasi
(evaluation)
Penilaian (evaluation)
merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu
situasi, nilai atau ide. Ketika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan,
maka orang tersebut akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik.[10]
2. Ranah Afektif (النّاحية الموقفيّة)
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan
nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan
perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi.
Penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Para guru
cenderung lebih banyak menilai ranah kognitif. Tipe hasil belajar afektif
tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap
pelajaran, disiplin, motivasi belajara, menghargai guru dan teman sekelas,
kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.
Kondisi afektif tidak dapat dideteksi dengan
tes, tetapi dapat diperoleh melalu angket, inventarisir atau pengamatan yang
sistematik dan berkelanjutan. Sistematik berarti pengamatan mengikuti suatu
prosedur tertentu, sedangkan berkelanjutan memiliki arti pengukuran dan
penilaian yang dilakukan secara terus-menerus.[11]
Menurut Krathwohl (1974) dan kawan-kawan, ranah afektif dibagi
menjadi 5 jenjang, antara lain:
a.
Penerimaan
(receiving)atau menaruh perhatian (attending)
Penerimaan atau menaruh perhatianyaitu kesediaan menerima
rangsangan dengan memberikan perhatian kepada rangsangan yang datang kepadanya.[12]Penerimaan juga bisa diartikan sebagai kemauan
untuk memperhatikan suatu kegiatan atau objek. Rangsangan
yang datang kepada peserta didik dapat berupa masalah, situasi, gejala, dan lain-lain.
b.
Menanggapi
(responding)
Menanggapi adalahkemampuan yang dimiliki seseorang untuk
mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat
reaksi terhadapnya dengan salah satu cara.[13]Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan,
kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.
c.
Menilai
(valuing) atau menghargai
Menilai atau menghargai adalah memberikan
nilai atau penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek, sehingga apabila
kegiatan itu tidak dikerjakan dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan.
Peserta didik tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah
mampu untuk menilai mana yang baik dan buruk.
d.
Mengorganisasikan
atau mengatur (organizing)
Organizing yaitu mempertemukan
perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang
membawa kepada perbaikan umum. Ini merupakan pengembangan dari nilai ke dalam
satu sistem organisasi, termasuk di dalamnya hubungan satu nilai dengan nilai
lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.[14]Yang termasuk dalam organisasi adalah konsep
tentang nilai organisasi sistem nilai.
e.
Karakterisasi
(characterization)
Karakterisasi (characterization) adalah
menjadikan nilai-nilai yang diorganisasikan untuk tidak hanya menjadi pedoman
perilaku tetapi juga menjadi bagian dari pribadi dalam perilaku sehari-hari.[15]Jadi, karakterisasi merupakan keterpaduan
semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola
kepribadian dan tingkah laku.
3. Ranah Psikomotor (النّاحيةالحركيّة)
Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan(skill)
atau kemampuan bertindak setelah seorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Sipmson (1956) yang menyatakan
bahwa hasil belajar psikomotor initampak dalam bentuk keterampilan(skill)
dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya
merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil
belajar afektif.[16]
Hasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk
keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada 6 tingkatan
keterampilan, di antaranya:
a.
Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan
yang tidak sadar).
b.
Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.
c.
Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya
membedakan visual, auditif, motoris, dll.
d.
Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan,
keharmonisan, dan ketepatan.
e.
Gerakan-gerakan skill, mulai dari
keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks.
f.
Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive
seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.
Tipe hasil belajar ranah psikomotor berkenaan
dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah ia menerima pengalaman
belajar tertentu. Hasil belajar ini sebenarnya merupakan tahap lanjutan dari
hasil belajar afektif yang baru tampak dalam kecenderungan-kecenderungan untuk
berperilaku.[17]
IV. PENUTUP
A.
Kesimpulan
Objek penilaian hasil belajar adalah segala
sesuatu yang menjadi sasaran penilaian hasil belajar. Objek penilaian hasil
belajar dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi titik pusat
pengamatan karena penilai menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut.
Objek penilaian itu berwilayah-wilayah,yakni dibedakan
menjadi 3 ranah, yaitu kognitif, efektif, psikomotor. Ketiga ranah tersebut
tidak berjenjang, tetapi unsur masing-masing ranah tersebut berjenjang atau
berurutan. Masing-masing ranah terdiri dari sejumlah aspek yang memiliki
keterkaitan antara satu dengan yang lain. Alat penilaian untuk setiap ranah
mempunyai karakteristik tersendiri, tergantung pada objek yang akan dinilai.
B.
Penutup
Demikianlah makalah yang telah kami susun, kami
menyadari masih adanya kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Departemen Agama RI, Pedoman Sistem Penilaian Hasil
Belajar Peserta Didik, Jakarta: Departemen Agama RI, 2010.
Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta:
PT Aksara, 2011.
Purwanto,
Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta:
Rajawali Pers, 2011.
Sudjana,
Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2009.
________, Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010.
TAMBAHAN
Unsur Afektif: TERTANGNIORKA
[1]Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Aksara, 2011), hlm.
159.
[2] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), hlm. 20.
[3] Nana Sudjana, Dasar-dasar
Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), hlm.
112-113.
[4] Anas Sudijono,
Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm.
49-50.
[5]Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 24.
[6] Anas Sudijono,
Pengantar Evaluasi Pendidikan, hlm. 51.
[8] Anas Sudijono,
Pengantar Evaluasi Pendidikan, hlm. 51.
[10] Anas Sudijono,
Pengantar Evaluasi Pendidikan, hlm. 49-52.
[11]Departemen Agama RI, Pedoman Sistem Penilaian Hasil Belajar Peserta
Didik, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2010), hlm. 6.
[12] Purwanto, Evaluasi
Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 52.
[13] Anas Sudijono,
Pengantar Evaluasi Pendidikan, hlm. 55.
[14] Anas Sudijono,
Pengantar Evaluasi Pendidikan, hlm. 55-56.
[15] Purwanto, Evaluasi
Hasil Belajar, hlm. 52.
[16] Anas Sudijono,
Pengantar Evaluasi Pendidikan, hlm. 57-58.
[17]Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, hlm. 30-32.
0 komentar :
Posting Komentar